Kebahagiaan bisa dirasakan tergantung dari diri Anda sendiri. Menurut Jovita Ferliana, psikolog, sebuah riset menunjukkan setiap orang bisa mudah mengalah kepada perasaan negatif, sehingga memilih permusuhan, iri, cemas atau sedih.
“Namun sebaliknya, kita juga dapat memutuskan untuk memilih sikap yang positif, melupakan yang jahat dan merasa bahagia,” kata Jovita dalam keterangan resmi Wall’s yang dikutip Antara, Minggu (21/3/2021).
Dia menambahkan, riset lain menunjukkan bahwa bagian terbesar dari kebahagiaan berada dalam kontrol seseorang melalui aktivitas yang dipilih, juga bagaimana seseorang merespons situasi yang dihadapi dalam hidup.
Rasa bahagia, lanjut dia, adalah sebuah pilihan. Keputusan untuk merasa senang atau sedih berada di tangan masing-masing, hal itu bergantung dari cara Anda menyikapi situasi dan apa yang terjadi dalam kehidupan.
Di masa pandemi, memberi kebahagiaan tidak cuma sekadar lewat materi. Hal itu bisa dilakukan lewat memberi perhatian, menjadi tempat teman mencurahkan hati, atau sekadar menelepon untuk berbagi cerita hingga bertukar senyuman.
20 Maret telah ditetapkan sebagai Hari Kebahagiaan Sedunia oleh United Nations pada tahun 2012, di mana hari ini diperingati untuk mengakui pentingnya kebahagiaan dalam kehidupan orang-orang di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Di tahun 2021, tema Hari Kebahagiaan Sedunia adalah “Keep Calm. Stay Wise. Be Kind” (Bersikap Tenang. Tetap Bijak. Berbaik Hati), dan ketiga hal ini berhubungan dengan respon kita terhadap situasi saat ini. Penting bagi kita untuk bisa terus bersikap tenang, membuat keputusan yang bijak dan tentunya berbuat baik kepada orang lain. Ketiga hal ini juga dapat membantu kita untuk terus merasa bahagia.(ant/iss)