Sabtu, 23 November 2024

Obesitas Bisa Turunkan Imun dan Rentan Infeksi Covid-19

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Dr. Noer Saudah, S.Kep., Ns., M.Kes, pada acara International Nursing Conference ke-12, FKp Unair. Foto: Unair

Dr. Noer Saudah, S.Kep., Ns., M.Kes, alumni Program Pascasarjana Universitas Airlangga menyatakan bahwa obesitas dapat menurunkan sistem imunitas tubuh. Sehingga hal ini akan berpengaruh pada kekebalan dalam melawan infeksi termasuk Covid-19 dan menyebabkan kerentanan terhadap virus tersebut.
Menurut Dr. Saudah, pada era pandemi seperti ini perlu adanya pengoptimalan kondisi metabolisme untuk mencegah kematian akibat Covid-19. Utamanya bagi seseorang yang mengalami obesitas.

Berat badan yang berlebih menyebabkan penumpukan sel-sel lemak di dalam tubuh. Sel-sel lemak yang menumpuk meningkatkan inflamasi atau peradangan sehingga membuat penyakit lebih mudah masuk. Kemudian, orang dengan sindrom metabolik seperti obesitas, akan terjadi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, dan berakhir pada diabetes.

“Dari sudut pandang metabolik, obesitas dapat menyebabkan resistensi insulin dan penurunan fungsi sel beta pankreas. Kedua hal tersebut akan membatasi respons metabolik saat tubuh mengalami tantangan imunitas. Covid-19 secara langsung dapat mengganggu fungsi sel beta pankreas melalui interaksinya dengan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Selain itu, jaringan adiposa berlebihan menyediakan reservoir reseptor ACE2 yang menjadi entry dari virus SARS-CoV-2,” paparnya pada acara International Nursing Conference ke-12, FKp Unair, seperti rilis yang dikirimkan Unair, Senin (12/4/2021).

Dari sudut pandang respons imun, terdapat hubungan jelas antara obesitas dengan Covid-19, karena jaringan adiposa pada pasien obesitas bersifat proinflamasi. Obesitas menyebabkan kelebihan nutrisi bagi tubuh sehingga menyebabkan adiposit melepaskan lebih banyak sitokin proinflamasi yang berakibat pada peradangan kronis bagi individu yang mengalami obesitas.

“Sudah ada hubungan jelas antara obesitas dengan status inflamasi basal yang ditandai oleh kadar sirkulasi interleukin-6 dan C-reactive protein yang lebih tinggi. Jaringan adiposa pada pasien obesitas bersifat proinflamasi. Selain itu, ditemukan pula adanya disregulasi ekspresi leukosit jaringan maupun makrofag inflamasi (termasuk innate lymphoid) yang menggantikan tissue regulatory (M2) phenotypic cells,” jelasnya yang juga sebagai dosen STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto itu.

Lebih lanjut, beliau menekankan bahwa obesitas adalah masalah dalam sistem metabolik, sehingga masalah metabolik harus diselesaikan dengan perubahan metabolik. Untuk mengoptimalkan kondisi metabolik, tentunya diperlukan usaha penurunan berat badan dengan aktivitas fisik yang teratur berdurasi sedang, sehingga dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar insulin.

“Kita harus melakukan promosi kesehatan masyarakat tentang penurunan berat badan pada orang gemuk sebagai tindakan pencegahan untuk mengurangi kematian akibat Covid-19. Aktivitas fisik yang teratur dengan intensitas dan durasi sedang, dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar insulin yang bersirkulasi. Latihan sudah jelas. Upaya ini dilakukan untuk mengoptimalkan kondisi metabolisme,” pungkasnya. (iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs