Jumat, 22 November 2024

Media Sosial Mempengaruhi Kemampuan Pengendalian Emosi

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi sosial media. Foto: Antara/pixabay

Astrid Regina Sapiie Ketua Ikatan Psikolog Klinis Jawa Timur mengungkapkan media sosial dapat berpengaruh pada kemampuan pengendalian emosi.

Menurut dia, dibanding generasi sebelumnya, generasi sekarang memiliki kemampuan pengendalian emosi yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena kebiasaan dalam memanfaatkan informasi melalui media sosial.

“Kalau di masa lalu, mau ngunyah sesuatu butuh waktu, jadi sempat berproses dan disaring dalam diri, dan sempat dipikirkan sebelum ambil kesimpulan. Kalau sekarang, tiap detik ada informasi, dan selalu berganti, manusia itu kemampuan otaknya tidak secepat berita atau informasi yang masuk. Sehingga ketika menerima informasi tidak sempat mengolah,” jelasnya pada Radio Suara Surabaya, Sabtu (29/5/2021).

Akibatnya, susah mengendalikan nafsunya, emosinya.

“Sehingga ketika mereka bermedsos kalau tidak sesuai dengan apa yang dirasakan langsung mereka bereaksi. Sekarang ini yang banyak terjadi, kita jadi rendah dalam mengelola emosi sehingga banyak sekali konten-konten yang agresif,” kata Astrid.

Ia juga menuturkan kemajuan teknologi memunculkan eforia. Melihat sesuatu menjadi lebih cepat dianggap sebagai kemajuan yang mendukung kehidupan. Semua hal menjadi lebih mudah. “Ini tidak kita pungkiri, tapi dampaknya adalah terjadi kepanikan,” tambahnya.

“Eforianya itu lebih besar daripada ada dampak ikutan yang harus kita pertimbangkan. Jadi mestinya pakai disclaimer. Nggak semua topik boleh dilihat oleh semua orang, boleh dikunyah oleh semua orang. Tapi yang memikirkan itu nggak banyak, dibanding yang eforia karena pada abad ini mendadak kita bisa melakukan segala hal yang kita inginkan hanya dengan menekan sesuatu,” paparnya.

Karena itu, menurutnya media sosialnya yang harus diatur. Konten-konten yang dimuat bagaimana tidak merusak dan ada disclaimer-nya. Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh.

Penangkalnya, katanya, adalah dari sisi moral yang bisa dimulai dari rumah melalui agen sosial, salah satunya orang tua.

“Orang tua punya tanggung jawab untuk membuat anak punya rem dan membuat anak melakukan sesuatu sesuai seharusnya. Barangkali agen sosial ini bisa diganti dengan media sosial. Tapi poinnya adalah bagaimana cara menggerakkan para orang tua ini untuk hanya menikmati media sosial yang baik dan benar” ucapnya jelang akhir pembicaraan.(frh/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs