Binatang jangkrik, lebih dikenal sebagai pakan ayam dan burung. Bahkan di permainan anak- anak zaman dulu, jangkrik malah dijadikan sebagai hewan aduan.
Namun, di tangan Ary Widiastuti Ketua Kelompok Tani Elok Mekarsari , yang berlokasi di Jalan Semolowaru Elok, Surabaya, jangkrik diolah menjadi peluang usaha baru yang patut dilirik. Jangkrik jadi makanan siap saji menjadi jangkrik krispi, rempeyek, serundeng, dan dawet.
Ary menuturkan, jika membeli jangkrik untuk kebutuhan pakan burung, saat pasokan jangkrik melimpah di pasaran, tidak terpikir untuk memanfaatkan jangkrik sebagai olahan makanan. “Lihat bentuknya saja sudah membuat gimana yah, apalagi mau dimakan, ngga pernah mbayangin,” akunya.
Hingga akhirnya di suatu acara di Pemkot Surabaya, lalu disarankan agar mengolah jangkrik menjadi makanan. Produk pertama yang dibuat adalah rempeyek jangkrik. “Dan hasilnya gagal total,” katanya mengenang.
Rempeyek jangkriknya terlalu gosong, penampilannya juga sedikit menakutkan karena jangkriknya masih menyertakan kepala, dan kaki. Pihak Pemkot Surabaya lalu turun tangan memberikan pendampingan. Di sini Ary bersama ibu-ibu di lingkungan sekitar rumahnya, diajarkan cara mengelola jangkrik. Tahapan pertama dalam memilih jangkrik, yang usianya muda. Kedua dipisahkan, kepala dan kakinya. Dan hasilnya memuaskan. “Orang tidak bakal mengira kalau itu peyek jangkrik karena sudah dibalut tepung, ditambah lagi rasanya gurih,” jelas Ary.
Ary bersama kelompoknya makin semangat membudidayakan jangkrik dan berinovasi membuat olahan berbahan jangkrik. Apalagi Ketika dia searching di banyak media dan menemukan bahwa kandungan gizi dalam daging jangkrik ternyata bermanfaat bagi manusia. Kandungan proteinnya tiga kali lipat kandungan daging ayam, sapi dan udang.
Jangkrik juga mengandung protein omega 3, omega 6 dan omega 9 . “Infonya, konsumsi jangkrik dipercaya dapat menambah stamina tubuh, menambah gairah seksual, serta mampu menunda menopause bagi wanita,” katanya sumringah.
Soal jangkrik sebagai bahan utama, Ary dan kelompoknya tidak mengalami kesulitan, sebab jangkrik terhitung binatang yang gampang dibudidayakan. “Gampang, dikasih ruang dibiarkan saja sudah berkembangbiak,” jelasnya.
Sukses dengan rempeyek, ibu-ibu Kelompok Tani Elok Mekarsari tertantang menelurkan inovasi yang lain. Beberapa produk tersebut seperti serundeng jangkrik, jangkrik krispi, hingga dawet jangkrik. Serundeng dipilih karena warnanya nyaris serupa dengan jangkrik itu sendiri. Jadi, bisa agak tersamar. Dan berikutnya adalah jangkrik krispi. Jangkrik diberi tepung yang dibumbui lalu digoreng garing.
“Kalau rempeyek kan tepungnya banyak, yang jangkring krispi ini justru tepungnya membalut jangkrik, tapi tidak tertutup rata, masih terlihat bentuknya, karena yang menempel sedikit,” jelas Ary.
Meski bentuk jangkrik masih terlihat, dan sedikit aneh, tapi jangkrik krispi termasuk yang banyak peminatnya. Rasanya gurih, dan bumbunya terasa, Ketika digigit, jangkriknya terasa renyah. “Ini buat cemilan enak, dimakan sama nasi dicocol sambal, enak juga,” terangnya.
Produknya dikemas cantik dan praktis dalam wadah cup berukuran 100 gram dan dijual seharga Rp 30 ribu per cup. “Produk saya sudah dibawa pameran ke mana-mana sama Pemkot, bahkan jadi oleh-oleh khas Surabaya,” katanya bangga.
Jika sebelumnya produknya selalu tersedia di rumah, dan bisa langsung dibawa. Kini, karena pandemi jika ada yang berminat harus pesan dulu.
“Produksi memang mengalami penurunan tapi kami masih bertahan, dan membuat berdasarkan pesanan,” jelasnya sebelum pandemi bisa terjual 50 cup setiap harinya. (man/frh/ipg)