Sinarto Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Jawa Timur berharap perhelatan Jazz Gunung Bromo 2021 dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat agar bisa menjadi contoh dan memberi motivasi untuk pementasan seni yang lain.
“Jawa Timur punya banyak potensi terkait pementasan seni dan budaya. Di banyak wilayah, ada potensi tetapi selama masa pandemi ini semuanya terhenti. Dan kami berharap pelaksanaan Jazz Gunung Bromo bisa memotivasi kabupaten lain, di Jawa Timur bahkan di Indonesia, melakukan kegiatan sesuai protokol kesehatan,” ujar Sinarto, Jumat (24/9/2021).
Sinarto menambahkan, pelaksanaan Jazz Gunung Bromo tahun ini memang bertepatan dengan masa pandemi Covid-19 yang memang belum selesai. Karenanya, panitia penyelenggara diminta untuk mematuhi seluruh ketentuan dalam penerapan protokol kesehatan (prokes). Tidak hanya bagi Seniman dan pemainnya saja tetapi juga kepada para calon penonton yang hadir.
“Ketatnya ketentuan pelaksanaan protokol kesehatan tersebut, tidak lain adalah agar penonton juga tidak was-was, atau khawatir dengan penyebaran Covid-19. Sekaligus pementasan ini adalah contoh bagi pementasan lainnya ke depan. Karena itu harus ketat memang,” kata Sinarto.
Pelaksanaan Jazz Gunung Bromo ke-13 ini memang pertama kali digelar di tengah pandemi Covid-19 dengan menghadirkan penonton secara langsung. Sebelumnya masih belum ada pertunjukan seni secara terbuka yang melibatkan banyak orang.
“Sejak pandemi kan semua pertunjukan beralih online. Dan ini adalah yang pertama kali,” tegas Sinarto.
Disbudpar Jawa Timur berharap bahwa pelaksanaan pertunjukan jazz di alam pegunungan Bromo ini nantinya bisa dicontoh oleh pelaksana kegiatan seni lainnya. “Karena itu harus didukung. Dan harapan kami memang ini sebuah percontohan pementasan seni di masa pandemi,” ujar Sinarto.
Sekadar informasi, Jazz Gunung Bromo digelar Sabtu (25/9/2021) menghadirkan sejumlah musisi papan atas Indonesia. Dewa Budjana, Tohpati dan Bintang Indriyanto bersama Fariz RM dijadwalkan tampil.(tok/iss)