Jumat, 22 November 2024

Its Just Not Eiffel, Tentang Toleransi Beragama di Prancis

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Qoimam dan buku tulisannya Its Just Not Eiffel. Tentang toleransi beragama. Foto: Humas Unusa

Mohammad Qoimam Bilqisthi Zulfikar menulis Its Just Not Eiffel, sebuah buku yang tidak hanya bercerita tentang pengalamannya saat berada di Prancis tetapi sekaligus penggambaran tentang toleransi hidup beragama.

Qoimam sapaan Mohammad Qoiman Bilqisthi Zulfikar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) ini menjelaskan dalam buku tersebut menceritakan kehidupan di Prancis yang lebih cenderung modern. Prancis merupakan negara multikultural, khususnya di ibu kota Paris yang merupakan satu diantara kiblat fashion dunia.

“Dimana dalam buku itu menceritakan kehidupan di Prancis mulai dari toleransi beragama di tempat tersebut sangat besar,” terang Qoimam.

Qoimam menceritakan jika di Paris, agama minoritas muslim di sana sangat dihargai. Di mana banyak tempat makan yang menyajikan makanan halal bagi masyarakat muslim tersebut. “Negara ini cukup menghargai waktu ibadah salat yang akan dilakukan masyarakat muslim,” kata Qoimam.

Prancis sendiri satu di antara negara di Eropa barat yang memiliki muslim terbesar sehingga memiliki multirasial dan multikultural yang sangat dihargai. “Di mana kehidupan muslim di sana sangat menghargai agama manapun,” ujar Qoimam yang lahir pada 25 Desember 1996
ini.

Qoimam menjelaskan dalam buku yang ditulis itu tidak hanya membahas tentang nilai toleransi namun juga tentang kemajuan sains dan teknologi, hingga kekayaan histori serta budaya yang melegenda. “Dalam buku itu menceritakan perjalanan saya selama berada di Prancis,” tutur Qoimam.

Butuh waktu sekurangnya setahun untuk mengerjakan buku tentang kehidupan modern di Prancis tersebut. Qoimam menuliskannya sembari menjalani koass di sebuah rumah sakit. “Karena pandemi Covid-19 ini dialihkan ke online sehingga tiap hari berada di rumah jadi saya manfaatkan buat menulis perjalanan saya ini,” jelas Qoimam.

Qoimam yang baru memasuki semester 3 program profesi dokter menjelaskan jika sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) dirinya senang untuk menulis. Sehingga dengan kesempatan ke Prancis membuat terpacu buat menulis buku ini.

“Melalui buku ini saya bisa menyalurkan ilmu yang saya dapatkan kepada pembaca muda dengan pembawaan buku lebih ringan untuk dibaca oleh anak muda,” tukas Qoimam.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs