Magister Management 55 Unair mengadakan Public Movement This Is Ability Not Disability dengan mengajak anak-anak tuna netra untuk melukis dengan menggunakan cat beraroma yang kemudian hasilnya dilelang melalui live instagram himamm.unair.
Acara ini dilaksanakan secara hybrid, offline di Hall Delta Plaza Surabaya dan disiarkan secara langsung melalui instagram himamm.unair pada Minggu (20/6/2021).
Sementara itu, motivasi penyelenggara melakukan acara ini ialah untuk menjunjung semangat kesetaraan tidak terkecuali bagi penyandang tuna netra untuk bisa melukis dan MM 55 Unair bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah setempat, BUMN, perusahaan swasta hingga Yayasan Pendidikan Anak-anak Tuna Netra.
Kolaborasi ini juga turut menghadirkan Emil Dardak Wakil Gubernur Jatim, Armuji Wakil Wakil Kota Surabaya dan beberapa perwakilan dari lembaga pemerintahan lainnya.
“Rekan-rekan yang dapat kesempatan menempuh studi di MM Unair adalah yang beruntung, jadi harus selalu mengingat saudara-saudara kita juga membutuhkan perhatian kita,” ujar Emil dalam sambutannya sembari melihat anak-anak melukis.
Ia mengatakan acara ini mampu mengubah persepsi masyarakat terkait penyandang tuna netra sehingga mereka bisa melukis dengan memanfaatkan indra penciuamannya.
“Tetapi saya ingin menyampaikan terimakasih yang sudah mendedikasikan tenaga, pikiran dan waktunya untuk adik-adik kita dan adik-adik kita juga senang. Mudah-mudahan ini akan jadi sesuatu yg berkelanjutan dan semakin banyak adik-adik berkebutuhan khusus yang memanfaatkan teknik ini. Semangat rekan-rekan muda,” pungkasnya.
Mahasiswa magister ini juga turut mendampingi anak-anal untuk melukis menggunakan cat yang telah diberi perasa sesuai dengan bau dari warna makanan yang sesuai.
Sambil melukis, MM 55 Unair juga mengadakan talkshow dengan mengundang Armuji Wakil Wali Kota dan Dr. Gancar Candra Premananto Ketua Program Studi Magister Management Unair.
Dalam talkshownya, Armuji mengatakan pihaknya juga melibatkan teman-teman disabilitas untuk bekerja di Pemkot Surabaya, meskipun berstatus outsourching, sedikitnya tiga orang yang ada dalam tim kreatifnya.
“Ini yang tentunya kita selalu support jadi apa yang mereka dudukkan supaya nanti Kota Surabaya ini benar-benar bukan cuma membangun infrastruktur untuk para disabel tapi juga ruang dan geraknya supaya mereka memliki kesempatan yang sama,” ujarnya.
Setelah talkshow, acara dilanjutkan dengan pelelangan hasil Lukisan anak-anak tuna netra melalui instagram himamm.unair. Sedikitnya 10 lukisan dilelang dengan open bid sebesar Rp 100 ribu dan bid kelipatan lima ribu rupiah.
Hasilnya, bid value terendah sebesar Rp250 ribu dengan bidder @inggarrrb yang berhasil memenangkan lelang lukisan milik Felin. Tak hanya itu, bid value lukisan lain sebesar Rp375 ribu, Rp400 ribu, Rp425 ribu, Rp500 ribu, Rp510 ribu, Rp600 ribu hingga satu juta rupiah.
Kanvas yang dipenuhi dengan goresan warna gradasi dari oranye ke kuning mendapat bid value terbesar, yaitu dua juta rupiah dengan pelelang bernama Adelia Hapsari.
Hasil lelang ini seluruhnya akan diberikan kembali kepada Yayasan Pendidikan Anak-anak Tuna Netra untuk mendanai pendidikan mereka.(frh)