Jumat, 22 November 2024

Efek “Ikoy-Ikoyan” Menurut Psikolog

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Arief Muhammad, Youtuber. Foto: Instagram

A Kasandra Putranto Psikolog dari Universitas Indonesia menilai tren aksi “ikoy-ikoyan” yang dipopulerkan Arief Muhammad di media sosial bisa menimbulkan efek kebiasaan, di mana setiap kesulitan diatasi dengan meminta bantuan kepada orang lain tanpa ada usaha terlebih dulu.

Oleh sebab itu, tren tersebut harus disikapi dengan bijak.

“Berbagi pada dasarnya hal yang baik sebagai makhluk sosial. Namun kita sudah diajarkan sejak kecil bahwa kita tidak seharusnya memamerkan hal-hal seperti itu,” kata Kasandra seperti dilansir Antara, Kamis (12/8/2021).

“Ikoy-ikoyan” sendiri adalah sebutan untuk hadiah yang diberikan kepada para followers yang mengirim DM maupun komentar unik dan lucu di akun Instagram influencer.

Belakangan ini, tren “ikoy-ikoyan” semakin ramai dan tersebar. Pasalnya, masyarakat pun tak hanya meminta ‘hadiah’ kepada Arief Muhammad melainkan beberapa artis maupun influencer.

Pada sebagian orang, berbagi bisa saja menjadi bagian dari strategi marketing, kata Kasandra. “Sebagai imbal jasa atas apa yang dilakukan orang lain, ada yang membuat menjadi tenar, menambah followers dan membangun image positif dan atau membeli kesetiaan,” katanya memberikan contoh.

Menurut Kasandra, tren ‘ikoy-ikoyan’ itu tergantung dari motif dan cara untuk melakukannya. Sebab, hal ini akan merefleksikan profil psikologis, baik inteligensi dan kepribadian seseorang.

“Dengan meyakini prinsip law of attraction, kita akan memetik apa yang kita tanamkan. Berbagi karena pamrih, atau memang karena mengasihi sesama,” ujarnya.

Selain Kasandra, Irma Gustiana A, M.Psi, psikolog dan founder dari Klinik Psikologi Ruang Tubuh mengatakan bahwa sebaiknya tren ini tidak menjadi kebiasaan di masyarakat.

“Tapi ini nggak boleh jadi kebiasaan sih sebenarnya ya. Jadi artinya kalau memang si influencer atau selebgram ingin menolong ya menolonglah dengan cara yang mungkin proporsional, yang tepat, sehingga tidak salah sasaran,” kata Irma.

Irma menjelaskan, tren ini mungkin tidak menimbulkan gejala-gejala yang berisiko mengalami gangguan mental. Namun, hal ini dapat menurunkan karakter seseorang.

“Jadi kalau misalnya dia sekali terus dikasih, besokannya ah nyoba lagi nih sama siapa gitu kan. Terus ternyata mungkin direspon juga. Nanti kan lama-lama jadi kebiasaan. Dan kemudian mental seseorang ini bukan jadi mental yang tangguh gitu. Karena dia merasa bahwa meminta pada seseorang itu adalah jalan keluar,”

Sementara itu dalam keterangannya dalam konten YouTube bersama Denny Sumargo, Arief Muhammad sendiri juga menyayangkan adanya beberapa followers yang menyebabkan tren ini menjadi tak terkendali

“Pertama jadi spam banget, jadi annoying, jadi kayak mengemis. Padahal gue berkali-kali bilang jangan ngemis. Karena nggak bakal gue kasih. Jangan bikin cerita-cerita sedih, bohong dan lebay. Santai saja. Gue nggak kemana-mana,”

“Gue nggak peduli juga, gue bikin ini bukan untuk tren juga. Gue kepengin aja main berbagi kepada followers,” kata Arief menegaskan.(ant/iss/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs