Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya bekerjasama dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Surabaya berkolaborasi dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengadakan nonton bareng Film “Kadet 1947”
Sebanyak 400 guru nonton bareng di gedung bioskop Tunjungan Plaza I, Surabaya.
M Ali Affandi Ketua Kadin Surabaya mengungkapkan langkah ini sebagai bentuk dukungan Kadin Surabaya terhadap industri kreatif, khususnya perfilman di Indonesia.
“Industri kreatif khususnya perfilman perlu didorong dan didukung penuh, karena industri kreatif khususnya perfilman memiliki potensi dalam pengembangan perekonomian di Indonesia,”kata Ali Affandi. Selasa (21/12/2021).
Sementara di masa pandemi, industri kreatif termasuk dunia perfilman turut terimbas cukup dalam. Kegiatan produksi hingga penayangan karya berkurang seiring adanya pembatasan mobilitas masyarakat. bahkan seluruh bioskop di tanah air harus ditutup untuk meminimalisir tingkat penyebaran virus Covid-19.
“Ini adalah juga sebagai come back kami untuk bisa mengobati rasa rindu setelah kondisi pandemi yang memaksa kita untuk tidak menghibur diri dengan menonton film dan adanya pembatasan sosial,” ujarnya.
M Luthfi Ketua Hipmi Surabaya menambahkan bahwa Film Kadet 1947 adalah salah satu film karya anak bangsa yang wajib ditonton pemuda Indonesia agar mereka lebih memperhatikan dan mencintai produk dalam negeri.
“Kita wajib sama-sama berusaha membantu, bagaiman produk anak bangsa ini tidak hanya dikenali di tingkat nasional tetapi juga internasional. Industri perfilman Indonesia sebenarnya cukup bagus tetapi masih butuh pengenalan dan informasi serta dukungan dari seluruh masyarakat Surabaya, khususnya film yang diciptakan di kota Surabaya,” ujar M Luthfi.
Sementara itu Tesadesrada Ryza produser film Kadet 1947 mengungkapkan bahwa industri perfilman tanah air mulai bangkit setelah terpuruk akibat pandemi.
Dengan geliat yang ada ditambah dengan munculkan sejumlah film Indonesia yang berprestasi di luar negeri dan Festival Film Indonesia yang diadakan serta dukungan dari pemerintah akan menjadi gairah baru bagi perfilman di Indonesia.
“Sudah banyak film Indonesia yang berkualitas yang mulai berani menayangkan film di bioskop sebab menayangkan film Indonesia di bioskop saat ini sangat tidak mudah karena harus bersaing, berhadapan dengan film besar yang lain yang sudah ada, seperti film box office. Tetapi kalau tidak menyuarakan film Indonesia kita juga akan sama-sama mati,” ujarnya.
Tesadesrada Ryza mengatakan, agar industri perfilman tanah air bisa terus berkembang, maka yang dibutuhkan adalah dukungan dari masyarakat Indonesia.
Masyarakat yang menjadi penonton film Indonesia harus memiliki rasa bangga bahwa film Indonesia memiliki kualitas.
“Karena selama ini kita dihantui oleh film Indonesia yang mungkin kualitasnya tidak bagus. Sehingga ini menjadi tantangan bagi kami untuk menunjukkan bahwa film Indonesia juga memiliki kualitas yang bagus,” ujarnya.
Banyak penonton film Indonesia yang ternyata belum bisa menghargai film Indonesia dan masih menunggu melihat film bajakan.
“Itu bahaya bagi industri perfilman dan bisa mematikan. Sehingga dukungan dari masyarakat sangat diperlukan, karena tanpa penonton film Indonesia, film Indonesia tidak akan ada,” tegasnya.(man/rst)