Cak Kartolo seniman ludruk sekaligus pelawak Jawa Timur berniat menjual rumah yang dia tempati bersama keluarganya sejak 1984 silam di Jalan Kupang Jaya I, Surabaya.
“Ini bukan ludrukan,” katanya serius sebagaimana dikutip Antara, beberapa waktu lalu.
Ternyata, alasan menjual rumah ini bukan hanya karena dampak pandemi. Sebab, Cak Kartolo mengaku, dia sudah menawarkan rumahnya sejak sebelum pandemi.
Sebelum pandemi itu, kata dia, sebenarnya sudah ada orang yang menawar rumahnya dengan nilai Rp6 miliar. Tapi Cak Kartolo menunggu penawaran yang lebih tinggi.
Bukan semata karena terdampak secara ekonomi akibat pandemi Covid-19, Cak Kartolo berniat menjual rumah dua lantai berukuran 440 meter persegi itu juga untuk alasan pemenuhan kebutuhan lainnya.
“Hasil penjualan rumah mau dipakai untuk keperluan sekolah cucu-cucu saya,” ujarnya.
Cak Kartolo dan Ning Kastini, putri dari Seniman Ludruk Cak Basman, punya tiga orang anak. Anak pertama laki-laki, Agus Slamet, meninggal saat masih bayi.
Anak kedua perempuan, Gristia Ningsih, sudah meninggal sekitar tiga tahun lalu di usia 41 tahun, meninggalkan tiga orang anak yang kini salah satunya masih duduk di bangku kuliah, dan dua lainnya masih menjadi siswa di salah satu SMK di Surabaya.
Selain itu, anak bungsu Cak Kartolo dan Ning Kastini adalah perempuan bernama Dewi Trianti. Anak ketiganya punya dua anak yang masing-masing masih duduk di bangku SMP dan SMK. Semua tinggal bersama Cak Kartolo dan Ning Kastini.
“Semua cucu-cucu itu menjadi tanggungan saya. Biaya untuk masa depannya harus dipikirkan mulai sekarang. Saya kira bisa dimenej dengan menjual rumah ini. Biar nanti saya pindah cari rumah yang lebih kecil,” katanya.
Meski tidak hanya karena pandemi, Cak Kartolo sebagai seniman tradisional tidak bisa menutup-nutupi damapk ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Dia mengaku terdata sebagai penerima bantuan langsung tunai (BLT) Rp300 ribu per bulan dan harus turut mengantre di kantor pos dekat rumahnya untuk mengambil BLT itu.
Karena terdaftar sebagai penerima BLT itula Kartolo merasa bahwa pemerintah sebenarnya tidak pernah tinggal diam terhadap seniman tradisional yang terdampak ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Sebagai seniman, fakta bahwa ladang penghasilannya melalui panggung-panggung kesenian yang di masa pandemi ini masih dilarang dan harus bertahan dengan BLT itu dia sikapi dengan cara seniman juga.
Saat menerima BLT di Kantor Pos, Cak Kartolo bahkan sempat berkelakar kepada petugas yang pada akhirnya mengenalinya.
“Saya bilang, kalau BLT-nya langsung cari penuh, enggak usah cari bertahap Rp300 ribuan seperti ini, kira-kira Kantor Pos-nya bangkrut nggak ya?” Selorohnya.
Meski terdampak secara ekonomi selama dua tahun terakhir, Cak Kartolo menolak menyerah. Baginya, bukan hanya seniman yang harus tetap bertahan hidup, tapi juga seni tradisional itu sendiri, salah satunya ludruk, harus tetap lestari.
Dua bulan terakhir, bersama sejumlah rekannya yang paham teknologi digital, Cak Kartolo membuat akun YouTube “Cak Kartolo Channel”.
Pelan-pelan upaya melestarikan seni tradisi itu mendapat sambutan positif dari seniman ludruk lain. Salah satunya dari Sakoma P Susilo seniman ludruk asal Nganjuk, Jawa Timur.
Cak Silo pekan lalu berkolaborasi tampil bareng Cak Kartolo dalam sebuah cerita komedi ludrukan, yang dalam waktu dekat akan segera tayang di masing-masing akun Youtube mereka.
Lainnya, ada Dodit Mulyanto Komedian tunggal (komika) asal Surabaya yang juga mengapresiasi keberadaan panggung Cak Kartolo Channel di Youtube.
Stand up komedian itu telah mengonfirmasi keinginannya untuk tampil bareng Cak Kartolo dalam sebuah cerita komedi ludrukan di Youtube Cak Kartolo Channel.(ant/den)