Minggu, 24 November 2024

Bahaya HCl serta Cara Mengantisipasi dan Menangani Dampaknya

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
asam-klorida-HCL Ilustrasi botol HCl yang banyak dijual di toko bahan kimia. Foto: kursrupiah

Asam Klorida (HCl), cairan yang dimuat dalam tandon plastik ukuran 5.000 literan dengan truk Colt Diesel yang terguling dan tumpah di Jalan Keret, Krembung, Sidoarjo, Minggu (13/6/2021) termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) yang boleh dipergunakan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3.

Cairan itu termasuk B3 karena sifatnya yang termasuk asam kuat yang sangat korosif terhadap benda apapun. Bahkan gas yang dihasilkan dari pertemuan cairan ini dengan bahan lainnya juga berbahaya bagi manusia maupun lingkungan hidup.

Berdasarkan sejumlah artikel di media, HCl biasa diidentikan dengan cairan lain sejenis seperti Asam Sulfat (H2SO4), juga Asam Fosfat (H3PO4). Ketiga asam kuat yang bisa dibeli di toko-toko bahan kimia itu biasa diidentikkan dengan Air Keras yang peruntukannya juga beragam.

Seperti dalam PP 74/2001 tentang B3, cairan HCl memang boleh digunakan tapi harus dengan menerapkan standar keselamatan yang memadai. Setidaknya, untuk HCl yang biasa dipakai untuk membersihkan permukaan logam, penggunanya setidaknya perlu memakai sarung tangan untuk melindungi kulit dari bahaya korosif zat itu.

Karena itu, kalau pemakaiannya harus menggunakan standar keselamatan tertentu, penanganan atas tumpahnya HCl yang termasuk B3 juga tidak bisa dilakukan dengan cara sembarangan. Dari sejumlah artikel dan jurnal yang ada, berikut ini antisipasi penanganan dampak terkena cairan ini atau bila tumpah ke jalan atau tempat umum.

Pertolongan Pertama Terhadap Korban Terkena Cairan HCl

Sejumlah artikel memastikan, apabila kulit terkena cairan HCl, dampaknya adalah luka bakar. Untuk meminimalisir luka bakar akibat terpapar cairan HCl ini perlu dilakukan penanganan yang tepat dan tidak terlalu sulit.

Pertama, dalam penanganan terhadap korban, si penolong perlu memakai sarung tangan untuk melindungi dirinya dari cairan yang ada di kulit penderita.

luka-bakar-akibat-percikan-asam-klorida
Ilustrasi luka bakar di kulit yang terpapar asam klorida (HCl). Foto: sehatq

Kalau di atas kulit penderita ada kain atau pakaian yang kena, disarankan untuk melepas pakaian itu dengan segera tapi dengan hati-hati sehingga cairan di kain itu tidak menyebar ke bagian kulit lainnya.

Selanjutnya, langkah yang bisa dilakukan siapapun untuk menolong korban terkena asam klorida adalah dengan mengalirkan air bersih dan sejuk (suhu normal) ke kulit yang terkena cairan secara perlahan-lahan minimal selama 20 menit.

Tentu saja, penanganan ini dilakukan sembari menghubungi rumah sakit atau dokter yang berkompeten untuk melakukan penanganan lebih lanjut sesuai dampak luka bakar yang muncul.

Penanganan HCl yang Tumpah

Penanganan tumpahan larutan HCl atau asam klorida tidak bisa dilakukan sembarangan. Karena setidaknya, yang melakukan penanganan disarankan memakai alat pelindung diri, terutama pelindung pernafasan dan kulit karena zat itu sangat korosif.

Bukti bahaya HCl bisa dilihat dari dampak tumpahnya sebagian cairan HCl yang dimuat truk Colt Diesel yang terguling di Jalan Keret, Kecamatan Krembung, Sidoarjo, Minggu (13/6/2021) siang. Tiga warga yang terkena cairan ini mengalami luka ringan dan sesak napas karena menghirup gas akibat cairan itu.

Sementara, warga setempat menangani tumpahan HCl itu dengan cara menyiramnya dengan air sungai. Untuk penanganan terhadap kulit manusia, itu bisa dilakukan. Tapi untuk tumpahan di jalan atau tempat umum, cairan HCl perlu dinetralkan dengan zat lainnya sebelum dibuang ke sungai.

Dari sejumlah referensi di artikel ilmiah yang dikumpulkan suarasurabaya.net, zat paling tepat untuk menetralkan dampak berbahaya HCl adalah soda atau kapur.

Setidaknya, penanganan tumpahan bahan berbahaya ini tidak bisa langsung dengan cara disiram. Salah satu jawaban di situs brainly.co.id menyebutkan, penanganan cairan berbahaya yang tumpah bisa dengan menyerapnya dulu dengan bahan penyerap.

“Bisa dengan membersihkan tumpahan menggunakan bahan penyerap yang bersifat innert. Kalau diperlukan, bahan cair tersebut bisa dinetralisasi. Setelah perlu diterapkan sistem B3 untuk buangan bahan kimia, karena pembuangan secara langsung bisa merusak lingkungan,” demikian jawaban salah satu kontributor terverifikasi di Brainly pada 2016 silam.

Truk bermuatan dua tandon plastik berisi 10 ribu liter cairan asal klorida (HCl) terguling di Jalan Raya Keret, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo pada Minggu (13/6/2021) pukul 11.30 WIB. Foto: Istimewa

Pernah terjadi peristiwa yang mirip dengan kejadian di Krembung, Sidoarjo, pada 2016 silam di Tol Angke, Jakarta. Bedanya, yang tumpah di Jalan Tol saat itu adalah asam sulfat (H2SO4). Bahkan peristiwa saat itu menyebabkan satu orang meninggal akibat menghirup uap carian berbahaya itu.

Dewi Tristantini, Dosen Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia saat itu menyatakan, masyarakat perlu tahu tindakan apa yang harus mereka lakukan ketika menghadapi situasi tumpahnya bahan berbahaya seperti Asam Sulfat maupun Asam Klorida.

“Jika sudah tahu ada cairan kimia berbahaya tumpah, sebaiknya langsung menjauh dan cepat hirup udara segar. Bagi yang di dalam mobil, lebih baik langsung tutup jendela. Jangan coba-coba mendekat kalau tanpa perlindungan, apalagi sampai menyentuhnya,” kata Dewi Desember 2016 silam di situs resmi Fakultas Teknik UI.

Untuk mengurangi dampak merusak dari cairan berbahaya ini, perlu penanganan cepat dengan pemberian kapur atau soda kue (atau zat yang terkandung di dalamnya) dalam jumlah banyak di bagian permukaan yang terpapar.

Menurut Dewi, hasil reaksi kedua zat itu akan menghasilkan garam dan asam lemah yang tidak berbahaya.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs