Kepergian penyanyi legendaris Didi Kempot, Selasa (5/5/2020), meninggalkan duka mendalam bagi keluarga serta para penggemarnya. Sumartono Hadinoto Ketua Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) mengatakan, sejak Selasa pagi media sosial terus diramaikan dengan ucapan bela sungkawa dari berbagai pihak.
Puluhan karangan bunga juga tampak berjejeran di sekitaran rumah duka Didi Kempot, di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Ucapan bela sungkawa itu dikirim dari berbagai pihak, mulai dari pejabat, pengusaha, serta fans “Sobat Ambyar”.
“Kabar meninggalnya pagi tadi sekitar pukul 7.40 WIB ya. Semuanya hadir tadi dan keluarga kelihatan masih terpukul karena meninggalnya mendadak,” kata Sumartono Hadinoto kepada Radio Suara Surabaya.
“Mas Didi sejak muda sudah sering minum obat asma. Nah, semalam itu ngeluh sesak napas. Mau dibawa ke RS, tapi takut karena kan kondisinya sekarang lagi Covid-19, takut tertular. Akhirnya di rumah saja. Tadi pagi kondisinya makin parah, timbul tenggelam gitu napasnya, terus dibawa ke RS dan tidak tertolong,” jelasnya.
Menurut Sumartono, Didi Kempot adalah seorang seniman yang sangat sederhana. Bahkan sosok yang kerap dijuluki “The Godfather of Broken Heart” itu juga dikenal punya jiwa sosial yang tinggi. Sehingga, tidak sedikit orang yang mengaguminya.
Sebelum meninggal, Didi Kempot sempat menggalang donasi untuk warga yang terdampak Covid-19 lewat konser amal dari rumah sekitar pertengahan April lalu. Tak hanya dikenal punya jiwa sosial yang tinggi, lagu-lagu Jawa bertemakan patah hati yang dibawakan Didi Kempot juga sukses diterima dan disukai masyarakat.
Salah satu karya terakhirnya adalah lagu “Ojo Mudik”. Lagu tersebut berisi pesan untuk para penggemarnya yang merantau di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
“Meskipun Lagu Jawa tapi ternyata pecintanya semua kalangan baik umur, level apapun bisa menerima lagu-lagu itu. Bahkan ada juga kan yang dibawakan dengan musik lainnya. Lagunya memang mengandung pesan sederhana, disukai banyak pihak. Bagi saya, dia seorang seniman yang sederhana, panggilan sosialnya tinggi,” ujarnya.
“Semua masyarakat Solo berduka. Terlihat dari sosmed banyak yang mengucapkan berduka. Ada juga yang upload saat foto bersama dengan beliau. Karena terakhir Mas Didi sempat gelar konser amal untuk pandemi Covid-19 ini dan menciptakan lagu,” tambahnya.
Sekedar diketahui, penyanyi campursari Didi Kempot meninggal dunia pada usia 53 tahun di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo sekitar pukul 07.45 WIB, Selasa (5/5/2020). Dari rumah duka di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, jenazah tadi siang dibawa dan akan dimakamkan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Didi Kempot sempat populer sekitar tahun 2.000 dan kembali naik daun setelah kelompok pemuda yang menamakan diri sebagai “Sobat Ambyar” menggaungkan namanya sebagai “The Godfather of Broken Heart”. Beberapa lagu karyanya yang terkenal di antaranya Sewu Kutho, Stasiun Balapan, Ambyar, dan Tatu. (ang/ipg)