Sabtu, 23 November 2024

Re:play Digelar di Bekas Bioskop Sampoerna

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Penonton menyaksikan pemutaran sejumlah film di bekas gedung Bioskop Sampoerna. Foo: Istimewa

Dukung perkembangan sinematografi di Surabaya, House of Sampoerna gandeng UKM Sinematografi Universitas Airlangga (Unair) gelar Re:play, Jumat (24/1/2020). Yang menarik kegiatan di pusatkan di bekas Bioskop Sampoerna.

Bioskop Sampoerna adalah satu diantara gedung pertunjukan film di Kota Surabaya yang telah beroperasi sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Tepatnya, Bioskop Sampoerna beroperasi mulai 1933 sampai dengan 1963.

Bioskop Sampoerna pada masa itu, oleh masyarakat dikenal sebagai gedung pertunjukan bioskop yang cukup megah dan nyaman dengan kapasitas penonton lebih dari 1.000 orang.

Sebelumnya, gedung pertunjukan bioskop ini memutar aneka jenis film. Mulai dari film bisu, film hitam putih, film bersuara, film berwarna, film lokal maupun film dari luar negeri. Dan dengan acara Re:play, diharapkan masyarakat ingat akan keberadaan Bioskop Sampoerna.

Rani Anggraini Manager House of Sampoerna berharap acara yang secara khusus digelar di bekas Bioskpo Sampoerna ini dapat menyebarkan semangat generasi muda terus berekspresi, mengembangkan potensi dan menunjukkan prestasi dari kreasi unik mereka melalui media film.

“Semoga penyelenggaraan acara ini dapat semakin memicu munculnya sineas-sineas muda terutama di Surabaya dan meramaikan dunia perfilman Indonesia,” terang Rani Anggraini, Jumat (24/1/2020).

Program Re:play (Re: Perfection, Laugh, Acceptance, Yearn) yang digelar di House of Sampoerna persisnya di bekas gedung Bioskop Sampoerna, untuk pertamakalinya ini sekaligus pembuka rangkaian program House of Sampoerna merayakan 75 tahun Indonesia merdeka.

Dengan mendukung kegiatan para sineas muda ini untuk dapat bebas berkreasi, House of Sampoerna menjalankan fungsinya sebagai museum yang memberikan ruang untuk mengembangkan kreativitas, pusat pembelajaran dan ruang pertukaran ide.

Re:play merupakan ‘sentilan’ sosial terhadap berbagai masalah dalam kehidupan saat ini. Tema ini dipilih dengan harapan, agar para sineas muda dapat menyampaikan cipta, rasa dan karsa tentang perbaikan atau remedi dari setiap problematika yang terjadi melalui karya film.

Seperti karya berjudul Malaya, berbicara tentang pernikahan dini yang tidak diinginkan dan perjuangan tokoh Mala untuk merdeka dari tekanan hierarki sang suami. Karya lainnya berjudul Perfect membuktikan bahwa tiada gading yang tak retak atau tidak ada manusia yang sempurna namun harus berani tampil menjadi diri sendiri.

“Kami berharap pengetahuan dan ketertarikan masyarakat semakin meningkat terhadap dunia seni audio visual. Juga untuk kebutuhan mahasiswa mengembangkan kreativitasnya dalam dunia seni audio visual serta ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa,” kata Hari Agung Wijaya ketua panitia Re:play.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs