Buku Perjalanan Garis Tedja Soeminar bakal diluncurkan dan dibedah Sabtu (16/5/2020). Kata Swandayani Swan sang puteri yang menyusun buku, ini krenteg ati buat Papi.
Swandayani Swan puteri pelukis Tedja Soeminar, menyebut buku Perjalanan Garis Tedja Soeminar yang dijadwalkan diluncurkan Sabtu (16/5/2020) secara daring, adalah sebuah kehendak hati, krenteg ati buat Papi.
Bagi masyarakat Jawa, krenteg ati itu tak ubahnya keinginan dari dalam hati yang wajib diwujudkan seberat apapun halangan dan kendalanya.
“Berawal di Januari 2019 lalu, seiring dengan krenteg ati yang tiba-tiba muncul. Maka keinginan untuk menyusun buku ini terus mengoyak pikiran,” buka Swandayani Swan puteri Tedja Soeminar maestro lukis dan sketsa.
Lalu ada suara yang mengusik ketenangan dan sikap diam Swandayani. “Nggaweo buku nggo Papi. Buatlah buku untuk Papi. Dan itu terus mendorong dan menginspirasi untuk kemudian menyusun buku Perjalanan Garis Tedja Soeminar hingga rampung,” cerita Swandayani, Selasa (12/5/2020).
Tidak sendirian tentunya, ketika kemudian akhirnya Swandayani berkehendak mewujudkan krenteg ati menyusun sebuah buku untuk sang Papi, untuk sang Maestro, Tedja Soeminar. “Beberapa kawan mulai dari Hamid Nabhan, dan beberapa kawan-kawan lain di Kota Surabaya, hingga bertemu Warih Wiatsana Kepala Bentara Budaya Bali, semakin meneguhkan niat menghadirkan sebuah buku buat Papi,” tambah Swandayani.
Mulailah penyusunan buku dilakukan, dan satu di antara yang tak mungkin terlupakan bagi Swandayani adalah mengusung semua karya sketsa Tedja Soeminar dari sebuah rumah keluarga di Bali ke Surabaya.
Kabar gembira kemudian hadir, manakala Pustanto pejabat Kepala Galeri Nasional menyetujui mencetak lalu menerbitkan buku yang secara perhitungan waktu tergolong cepat lantaran rampung persis satu tahun. “Buku rampung Januari 2020. Satu tahun waktu yang cepat rasanya,” ujar Swandayani.
Buku bersampul wajah Tedja Soeminar tersebut dijadwalkan diluncurkan sekaligus dilakukan bedah buku secara daring pada Sabtu (16/5/2020). “Mengingat situasi dan kondisi saat ini, maka peluncuran dan bedah buku kami lakukan secara daring melalui internet,” kata Swandayani.
Perjalanan Garis Tedja Soeminar diharapkan Swandayani agar kedua orang tuanya, Tedja Soeminar dan A. Moentiana, yang keduanya juga sudah almarhum berbahagia. “Sejatinya, beliau sendiri, Papi yang sudah menyusun sendiri bukunya dan kami melanjutkan saja,” tutur Swandayani.
Kepada masyarakat, Swandayani berharap semoga buku ini memberikan spirit bagi generasi muda utamanya para seniman muda. “Dan karya-karya beliau menjadi bagian dari sejarah perkembangan seni rupa di Indonesia, khususnya sketsa,” pungkas Swandayani.(tok/ipg)