Perubahan pola dan gaya hidup di masa pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Banyak dari mereka yang merasa perlu mengubah suasana rumah agar menjadi lebih nyaman, terlebih mereka yang melakukan pekerjaan dari rumah atau work from home (WFH).
Genie Anggita ST, M.Arch seorang arsitek Rumah Sakit Darurat Covid-19, berbagi pandangannya tentang konsep rumah sehat. Ia mengatakan, rumah dapat dikatakan sehat jika memiliki sirkulasi udara yang baik. Artinya, sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah.
Selain itu, rumah juga harus memiliki saluran sanitasi yang baik pula. Konsep rumah pada jaman dulu kebanyakan memiliki bangunan toilet yang terpisah dengan bangunan utama. Menurutnya, hal itu ada benarnya. Karena dengan begitu, saluran sanitasi terpisah dari saluran air di dalam rumah.
“Kalau dulu kamar mandi tidak menyatu dengan rumah, karena katanya itu tempat tinggal jin, makanya harus terpisah. Setelah dikaji ada benarnya, tapi lebih ke arah, karena kamar mandi tempat menyimpan bakteri dan kalau sanitasi tidak benar akan berpengaruh ke penghuni rumah dalam jangka panjang,” kata Genie kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu pagi (26/12/2020).
Namun karena lahan di perkotaan yang sempit akhirnya memaksa masyarakat harus dapat memanfaatkan bangunan dengan baik. Salah satu upayanya adalah tetap menjaga rumah selalu dalam keadaan bersih.
Sedangkan untuk bangunan yang berdempetan bangunan lain sehingga ventilasi udara yang terbatas, Genie menambahkan, caranya bisa dengan menambah atau memperbesar ventilasi yang ada agar ada sirkulasi udara dan sinar matahari yang cukup dapat masuk ke dalam rumah.
“Meskipun harus mepet-mepet, tapi kita letakkan bukaan-bukaan (ventilasi) yang lebih besar,” ujarnya.
Menurutnya, pandemi juga memaksa masyarakat menumbuhkan budaya kebersihan di rumah. Misalnya dengan menyediakan saluran air untuk cuci tangan sebelum masuk rumah dan langsung mandi jika habis beraktifitas di luar rumah.
Meski rumah dirancang dengan baik dan sehat, namun jika masyarakat tidak mengimbangi dengan kultur yang sehat pula, maka upaya itu akan sia-sia.
“Misalnya suami istri yang hidup di apartemen, keduanya sibuk bekerja dan biasa memanggil jasa kebersihan, sekarang mau nggak mau harus sering-sering membersihkan rumah sendiri. Menumbuhkan kesadaran menjaga kebersihan rumah seperti harus rajin bersih-bersih. Meski ini terdengar klasik tapi itu masih banyak dilupakan di kebiasaan baru,” jelas Genie.
Apalagi rumah dapat berpengaruh dengan imun tubuh. Jika rumah bersih, maka imun tubuh juga terjaga karena kondisi tempat tinggal yang sehat.
“Ketika kita menjaga kesehatan ruangan di rumah, akhirnya akan berpengaruh ke imunitas. Kita jadi tidak gampang sakit karena tumbuh budaya bersih-bersih,” tambahnya.
Ia mengatakan, pergeseran pola hidup di masa pandemi seperti bekerja dari rumah, secara psikologis akan berdampak ke penghuninya. Sehingga perlu untuk mengubah dan menambah spot-spot rumah menjadi lebih nyaman untuk bekerja.
“Dilihat dulu, kebutuhannya apa. Apakah sirkulasi udara atau penambahan fungsi karena muncul ruang-ruang baru yang bisa digunakan sebagai tempat kerja, atau ruang-ruang komunal yang lebih luas,” ujarnya.
Mengubah spot rumah juga bisa tanpa renovasi yang membutuhkan budget yang besar. Seperti menciptakan spot-spot baru, menata ulang perabotan, hingga menggunakan partisi yang portabel yang tidak memakan banyak ruang.
Untuk nuansa yang lebih homey, masyarakat bisa juga menambahkankan taman-taman kecil di sekitar rumah. Bisa juga tanaman-tamanan yang sederhana tapi yang cocok untuk rumah dengan lahan terbatas.
“Sekarang kan banyak yang bercocok tanam agar nuansanya lebih homey dengan menambahkan tanaman-tanaman sederhana dan membuat taman-taman kecil meski (lahan) terbatas. Itu hal-hal yang simpel yang bisa dilakukan tanpa membongkar rumah,” kata Genie.(tin/ipg)