Di Kawasan Ampel, ada surga tersembunyi bagi pecinta makanan pedas. Terkesan tersembunyi, karena harus masuk gang dari jalan utama KH Mansyur yang ramai. Berada di dalam kampung di Jalan Petukangan, walaupun tersembunyi, jangan kaget kalau antriannya mengular. Mereka rela menunggu lama, demi tujuan yang sama: seporsi nasi tongkol yang pedas nikmatnya sudah menggoda sejak dari tampilannya.
Namun, setelah mencoba rasanya, tak ada yang bisa menyangkal, mengapa antriannya bisa begitu padat. Tak heran, warung Nasi Tongkol Bu Karmini ini sudah menjadi legenda sejak 1984. Terkenal pula dengan sebutan Nasi Bete. Entah apa alasannya, mungkin karena antriannya, atau pedasnya yang bikin kapok lombok.
Menu yang dijual di sini bisa dibilang sangat sederhana namun tak mengada-ada. Hanya nasi panas, dengan sambal tongkol yang pedas, dilengkapi peyek gurih. Tanpa tambahan lauk pun sudah sempurna. Kalau mau nambah lauk, bisa minta ayam, mujair, telur, cumi, hingga kepiting.
Dalam sehari Bu Karmini bisa mengolah 20 ekor tongkol ukuran besar. Sementara sambelnya bisa menghabiskan 20 kg lombok segar. Sambel dan tongkol goreng ini lah yang dijadikan menu utama, yang menjadi antrian warga dari jam 6 pagi sampai habis jam 1 siang.
Perlu ekstra sabar kalau mau makan di sini. Hanya warung semi permanen, yang cukup untuk memajang menu dan kursi panjang di depannya untuk empat orang saja. Ukuran warungnya yang kecil, juga panasnya yang minim peneduh, tak menyurutkan pembeli untuk menikmati makannya. Mereka biasa ngemper di pinggir-pinggir jalan sekitar.
Siap-siap kecantol Nasi Tongkol ini? Tak perlu merogoh dompet dalam-dalam. Seporsi nasi tongkol hanya sepuluh ribu rupiah saja. Nambah lauk, lain pula hitungannya. Tapi untuk rasa yang paripurna, tetap terjangkau harganya. Yang perlu disiapkan hanya mental untuk berpanas-panas, ditambah dengan antriannya. Kalau sudah berhasil mendapat seporsi pertama, siap-siap untuk ketagihan dan kembali di hari yang lain.(ton/lim)