Rabu, 27 November 2024

Indonesia Dorong Musik Digital Dibahas dalam Forum PBB

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Hasan Kleib Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO, dan Organisasi Internasional lainnya yang berkedudukan di Jenewa, berbicara mengenai perkembangan musik digital dalam forum PBB di Jenewa, Kamis (4/4/2019). Foto: PTRI Jenewa

Indonesia bekerjasama dengan Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) dan The Commonwealth telah menyelenggarakan pertemuan untuk membahas perkembangan dan potensi musik digital sebagai bagian dari ekonomi kreatif.

Pertemuan “The Digitalization of the Creative Economies: The Case of the Music Industry” diselenggarakan pada 4 April 2019 di Jenewa, Swiss, dalam rangkaian e-Commerce Week 2019.

Pertemuan bergengsi ini menghadirkan para pakar internasional yang berkecimpung di berbagai sektor ekonomi kreatif, di antaranya Benoit Muller Direktur Managemen Divisi Hak Cipta pada Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO), Andreas Maurer Kepala Seksi Statistik Perdagangan Internasional pada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), serta Xenia Iwaszko Direktur Internasional Federasi Industri Fonografi.

Sementara pembicara dari Indonesia adalah Irfan Aulia Managing Director PT Massive Music Entertainment, yang secara khusus berbicara mengenai perkembangan dan potensi musik digital di Tanah Air.

Hasan Kleib Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO, dan Organisasi Internasional lainnya yang berkedudukan di Jenewa, menegaskan bahwa musik digital memiliki potensi besar dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Dalam keterangan tertulis PTRI Jenewa yang dilansir Antara, Jumat (4/5/2019), disampaikan pula bahwa musik, sebagai budaya, dan teknologi dapat berkolaborasi guna pengembangan kreativitas pada era digital.

Hasan Kleib Duta Besar juga menambahkan bahwa kontribusi industri musik untuk ekonomi Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.

Pada 2018, kontribusi industri musik terhadap PDB naik 7,59 persen dari tahun sebelumnya, dan telah menciptakan lapangan kerja bagi 56 ribu orang.

Namun, perkembangan musik digital sebagai bagian dari ekonomi kreatif juga harus disertai dengan adanya jaminan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual.

Untuk itu, melalui kepemimpinan Indonesia di WIPO Committee on Development and Intellectual Property (CDIP), telah disepakati pembahasan hak kekayaan intelektual dan ekonomi kreatif sebagai tema utama sidang CDIP pada sesi Mei 2020, ujar Dubes Kleib.

Indonesia juga mengajak negara-negara PBB, organisasi internasional, dan para pemangku kepentingan lainnya untuk mulai bekerjasama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif termasuk di bidang musik digital.

Para pembicara pakar sepakat bahwa industri musik saat ini lebih menguntungkan platform musik arus utama daripada pencipta musik atau content creator.

Hal ini cenderung menghambat potensi musik digital khususnya di negara-negara berkembang. Para pembicara juga menekankan pentingnya perlindungan hak cipta yang berpihak kepada para musisi.

Sementara itu, Irfan Aulia menyampaikan bahwa dengan prediksi pengguna internet sebesar 175 juta jiwa tahun ini, Indonesia memiliki potensi pasar musik digital lebih dari 1 miliar dolar AS.

Irfan juga memperkenalkan sebuah blockchain database bernama Portamento yang saat ini dikembangkan bersama oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan pelaku industri musik Indonesia. Tujuannya untuk melindungi pemilik hak cipta dan memastikan adanya transparansi mengenai royalti dan hak lainnya yang diterima oleh berbagai pihak.

E-Commerce Week 2019 merupakan forum pertemuan para menteri, pejabat tingkat tinggi, CEO, organisasi internasional serta akademisi dari sekitar lebih dari 100 negara. Forum ini membahas berbagai tantangan dan potensi ekonomi digital dengan tujuan mencapai pembangunan yang inklusif, merata dan berkelanjutan.(ant/tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Rabu, 27 November 2024
27o
Kurs