Sabtu, 23 November 2024

Film Bumi Manusia Hidupkan Novel Pramoedya

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Film "Bumi Manusia". Foto: Falcon Pictures

Saat pertama kali diumumkan bahwa “Bumi Manusia” akan menjadi film layar lebar, muncul pro dan kontra di antara penggemar Pramoedya Ananta Toer lantaran khawatir karya sang penulis legendaris itu akan “ternodai”, namun Hanung Bramantyo ternyata mampu menepis keraguan itu.

“Bumi Manusia” akan tayang hari ini di seluruh bioskop Indonesia, perlu diketahui bahwa film tersebut memiliki durasi yang cukup panjang yakni 2 jam 52 menit, seperti dilansir Antara.

Meski demikian, Hanung menyajikannya dengan sangat menarik sehingga durasi hampir tiga jam menjadi tidak terasa.

“Bumi Manusia” secara garis besar berkisah tentang percintaan antara Minke (Iqbaal Ramadhan) seorang pribumi dan Annalies Mellema (Mawar de Jongh) seorang blasteran Indonesia-Belanda dari ayah bernama Herman Mellema dan ibu bernama Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti).

Minke yang awalnya mengagungkan budaya Eropa, menjadi terbuka pandangannya terhadap bangsa pribumi setelah mengenal Nyai Ontosoroh yang selalu melakukan perlawanan pada penindasan, terlebih saat memperjuangkan status Annalies sebagai anaknya di pengadilan.

Cerita klasik yang menarik

Meski berlatar belakang tahun 1800an, warna dalam film ini tidak lantas menjadi sephia, seperti ciri khas Hanung pada film lainnya, di sini dia juga menggunakan warna yang cerah dan menarik mata, khususnya pada bagian awal film.

Menariknya, “Bumi Manusia” juga dibuat dengan proses penceritaan yang santai, tutur bahasa yang digunakan tidak terlalu sastra sehingga mudah dicerna oleh penonton meski tetap menggunakan bahasa Jawa dan Belanda.

Para pemainnya terlihat sangat fasih dalam berbahasa Jawa dan Belanda, khususnya Iqbaal dan Jerome Kurniawan sebagai Robert Suurhoff yang menjadi rekan Minke.

Yang terpenting, Hanung mampu menjadikan film ini tidak membosankan walau berdurasi panjang. Sutradara “Habibie & Ainun” itu membuat penonton tetap menikmati adegan per adegan tanpa perlu merasa kapan filmnya akan berakhir.

Semua berjalan dengan sangat halus dan mulus, ditambah permainan emosi yang naik-turun dari bahagia, sedih hingga pedih membuat penonton enggan beranjak meninggalkan kursi untuk sekadar ke toilet.

Salman Aristo sebagai penulis skenario dengan piawai menciptakan dialog yang bisa menyentuh penonton dan mampu menerjemahkan sastra novel ke dalam visual yang sarat dengan hal menghibur dan tidak membingungkan.

Didukung pemain berkualitas

Film yang diambil dari novel itu, juga dikuatkan dengan deretan pemain dengan kemampuan yang luar biasa. Pertama, Iqbaal mampu bertransformasi menjadi Minke secara utuh, padahal sebelumnya banyak yang meragukan mantan personel CJR itu bisa lepas dari karakter Dilan. Tapi di sini, penonton dapat melihat perbedaan antara Minke dan Dilan.

Tak hanya Iqbaal, dalam “Bumi Manusia” juga melibatkan para pemain baru di dunia film seperti Giorgino Abraham (Robert Mellema), Jerome Kurniawan, Mawar de Jongh serta Bryan Domani (Panji Darma). Akting para aktor dan aktris ini wajib diberi acungan jempol, khususnya Giorgino yang mampu membuat penonton kesal dengan peran antagonisnya.

Jerome yang berperan sebagai orang Belanda pun seperti benar-benar berasal dari Negara Kincir Angin dan begitu fasih menggunakan bahasa Belanda. Sedangkan Mawar yang sebelumnya mengaku kesulitan berperan sebagai Annalies, nyatanya dia begitu mendalami sosok tersebut.

Pemain lain yang tidak luput dari pujian adalah Sha Ine Febriyanti, dia benar-benar menghidupkan sosok Nyai Ontosoroh yang begitu berkarisma sekaligus misterius. Lalu satu pemain lagi yang tidak bisa dianggap remeh adalah Whani Darmawan yang berperan sebagai Darsam atau pengawal Nyai Ontosoroh. Tokoh tersebut sepertinya akan menjadi favorit di film ini.

“Bumi Manusia” menyajikan banyak hal di luar ekspektasi, jika sebelumnya Hanung sempat diragukan saat menggarap film tersebut ditambah dengan deretan pemain baru, tampaknya hari ini suami Zaskia Adya Mecca itu akan mendapat banyak pujian.

Dalam gala premier yang berlangsung di Surabaya pada 9 Agustus lalu, Hanung mendapat standing applause dari penonton. Menurutnya ini adalah pengalaman pertama memperoleh apresiasi yang sangat besar dari penikmat film. (ant/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs