Sebanyak 100-an warga Surabaya jalan-jalan menjelajahi kampung Peneleh sebagai salah satu kampung yang menyimpan banyak situs bersejarah di Surabaya, Minggu (17/3/2019). Mereka berjalan kaki sambil mengenal situs bersejarah di lokasi itu dalam sebuah ajang bertajuk Gerakan Suroboyo Mbois.
Mereka memulai perjalanan dari Lodji Besar di Makam Peneleh Surabaya sekitar pukul 08.30 WIB. Beberapa situs bersejarah itu, di antaranya, Jobong di Pandean Gang II yang merupakan sumur di era Majapahit yang baru ditemukan sekitar empat bulan lalu.
Mereka juga mengunjungi Rumah Kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean gang IV. Beberapa lokasi lain yang mereka kunjungi, selain Rumah Bung Karno, di antaranya Rumah Abu Keluarga Tionghoa di Jalan Raya Peneleh, Rumah Hos Tjokroaminoto, Masjid Jami Peneleh, dan Kuburan Belanda.
“Baru pertama dilakukan. Antusiasnya sangat besar. Padahal informasinya hanya melalui medsos,” kata Kuncarsono Prasetyo Inisiator Gerakan Suroboyo Mbois dalam keterangan pers yang diterima suarasurabaya.net Minggu (17/3/2019).
Acara yang digelar pertama kalinya ini dihadiri banyak orang dari berbagai latar belakang. Ada rombongan siswa SMA Muhammadiyah 1, rombongan mahasiswa Unesa, warga Kedung Klinter, Komunitas Literasi, dan peserta mandiri yang mengajak serta keluarganya.
“Saya tertarik inisiatif ini karena mengikuti akun instagram dan facebooknya Wali Kota Suroboyo Mbois (Kuncarsono, red). Supaya anak-anakku tahu tentang sejarah kotanya,” kata Adi Sasono warga Ngagel Rejo Kidul yang mengikuti kegiatan ini bersama istri, dua anak, dan beberapa keponakannya.
Kuncarsono mengatakan, Gerakan Suroboyo Mbois atau Surabaya Keren ini tidak hanya concern pada persoalan sejarah kota Surabaya saja. Kuncar (panggilan akrabnya) juga menyebut, gerakan ini menjadi koneksi yang lebih luas dari semua pelaku kreatif di Surabaya.
“Saya menyebut gerakan ini adalah kolaborasi kreatif terbesar yang belum pernah ada,” ujarnya.
Dia mengaku akan menggelar kegiatan ini setiap dua minggu sekali dengan tempat-tempat unik yang terus berganti. Menurutnya, semua orang bisa membuat konten digital baik video dan foto, lalu mengupload ke medsos dengan tagar yang sama.
Dia berharap, gerakan ini bisa menjadi wadah bagi pelaku kreatif agar tetap independen dan berkolaborasi. Agar gerakan ini menjadi arah baru konsolidasi sosial berbasis digital.
“Saya mengajak kawan-kawan untuk berikhtiar bersama menggerakkan segala kemampuan kreatif dari semua talenta muda di manapun mereka berada, agar lahir solidaritas yang bernama Gerakan Suroboyo Mbois,” katanya.
Kuncar sebagai inisiator gerakan itu mengaku memiliki mimpi, Surabaya di masa mendatang memiliki ekosistem kreatif yang saling terhubung dalam banyak kegiatan, plaform digital, dan media sosial. “Termasuk kolaborasi dengan media massa arus utama,” katanya. (bas/den)