
Klub Seri Buku (KSB) bekerjasama dengan Center for Security and Welfare Studies (CSWS) Unair kembali menggelar Bedah Buku karya penulis Surabaya. Bertempat di Kantor CSWS, Surabaya, KSB membedah buku karya Roikan peneliti CSWS pada Jumat (29/3/2019) siang.
Buku karya Roikan terbilang cukup unik. Ia mengangkat tema Kartun yang jarang dibahas dalam oleh para peneliti di bidang sosial maupun kebudayaan. Salah satu yang pertama mengangkat permasalahan ini di Indonesia adalah Seno Gumira Ajidarma Rektor Institut Kesenian Jakarta dalam bukunya “Antara Tawa dan Bahaya”. Dalam bukunya, Roikan memfokuskan penelitiannya pada komunitas kartunis ternama yaitu Kelompok Kartunis Kaliwungu (KOKKANG).
KOKKANG sendiri telah menghasilkan kartunis kondang yang karyanya kerap terbit di Harian Jawa Pos, yaitu Wahyu Kokkang. Wahyu Kokkang baru saja mendapatkan Anugerah Adinegoro Kategori Karikatur dalam perayaan Hari Pers Nasional 2019 lalu.
Diskusi ini membahas tuntas proses kreatif dan fungsi komunitas dari KOKKANG sendiri yang masih berdiri hingga sekarang dan bagaimana pasang-surut dunia kartun di Indonesia.
Roikan mengatakan, buku ini adalah hasil tesisnya yang akhirnya diterbitkan dalam bentuk buku. Ia mengkaji komunitas ini dalam lingkup pandangan Pierre Bourdieu.
“Saya gemas dengan banyaknya kartun Kokkang, saya kira nama orang ternyata komunitas kartunis,” ujarnya ketika ditemui di Kantor CSWS, Surabaya pada Jumat (29/3/2019).
Ia menyebut, Kokkang memiliki kebiasaan menarik di komunitasnya. Mereka akan mengolok-olok atau menggojlok dalam bahasa jawa, kartunis di komunitasnya yang karyanya tidak dimuat.
“Orang Kokkang juga punya slogan, memasyarakatkan kartun dan mengkartunkan masyarakat,” ujarnya.
Di sisi lain, Reza Hikam Koordinator Divisi Humas Klub Seri Buku mengatakan, KSB akan terus konsisten mengapresiasi karya-karya penulis Surabaya dan turut bergerak dalam mengembangkan budaya literasi di Surabaya.
“Ini adalah diskusi kedua yang digelar KSB. Kali ini kami bekerjasama dengan CSWS dan mengapresiasi karya penelitinya,” ujar Reza.
Kedepan, Ia berharap semakin banyak organisasi dan komunitas yang bergerak bersama KSB dalam mewujudkan Surabaya yang berbudaya dalam literasi. (bas/ang/ipg)