Kepolisian di kota-kota besar Amerika Serikat bersiaga pada Kamis (3/10/2019), saat film Joker mulai ditayangkan di bioskop. Terlebih, setelah promosi film selama beberapa pekan mengundang kekhawatiran akan kekerasan yang mungkin timbul dari sosok penyendiri yang kerap dirundung tampil menggelisahkan.
Joker, kisah asal dari musuh bebuyutan tokoh komik Batman, dibintangi oleh Joaquin Phoenix.
Pemerhati film menyebut akting Phoenix, sebagai penyendiri terbuang yang menemukan ketenaran melalui aksi-aksi kekerasan, sebagai penampilan yang brilian namun menakutkan.
Tokoh jahat dari DC Comics itu diasosiasikan dengan penembakan massal pada tahun 2012 di sebuah bioskop di Aurora, Colorado, pinggiran kota Denver, saat pemutaran film Batman The Dark Knight Rises.
Anggota keluarga dari beberapa korban penembakan tersebut mengutarakan kekhawatiran mereka terkait film baru yang tak akan diputar di bioskop Aurora itu.
Petugas kepolisian tampak mengenakan helm dan membawa senapan saat berdiri di depan tempat pemutaran film Joker di New York Film Festival, Rabu (2/10/2019) malam, seperti terlihat dalam sebuah rekaman video.
Para penonton juga harus melewati pemeriksaan tas dan anjing-anjing K9 juga turut bertugas.
Platform web online hollywood ‘Deadline’ mengutip seorang petugas kepolisian New York yang tak ingin namanya disebut, bahwa petugas dengan pakaian biasa akan ditempatkan di dalam studio-studio bioskop di kota itu, namun Departemen Kepolisian New York tak dapat mengkonfirmasi laporan tersebut.
Charles Kiwacz (31) menyebut penembakan Aurora sebagai ‘kejadian yang terisolasi’.
“Saya rasa tak ada ketakutan sama sekali. Saya rasa justru kebalikannya, orang-orang ingin pergi keluar dan menunjukkan bahwa film ini hanya sebuah film,” kata produser dan pembawa acara podcast ini saat membeli tiket Joker dekat Times Square, New York.
Sementara itu, Tyson Sheehan (32), seorang pelajar musik di Los Angeles dari Australia, mengatakan dia bersemangat untuk melihat film tersebut setelah menyaksikan cuplikan. Namun kekhawatiran terkait isu yang diangkat film tersebut, dikaitkan dengan peraturan senjata api di AS yang dianggap longgar menghentikan niatnya.
”Hal-hal tersebut menghalangi saya untuk pergi ke bioskop dan menyaksikan film tersebut… setidaknya untuk satu atau dua pekan pertama,” katanya saat berjalan-jalan di Hollywood Boulevard, dikutip Reuters yang dilansir Antara.
Kostum dan topeng wajah telah dilarang untuk dikenakan oleh para penonton film di dua bioskop, AMC dan Landmark. Sementara Alamo Drafthouse group mengingatkan para orang tua untuk tak membawa anak-anak.
Organisasi watchdog media, The Parents Television Council (PTC), mengeluarkan peringatan serupa, Kamis.
“Para orang tua mungkin merasa film ini kurang pantas untuk anak-anak, mengingat ini adalah perpanjangan dari film Batman yang populer,” kata PTC dalam sebuah pernyataan.
Terlepas dari kontroversi, film ini diperkirakan akan meraup 80 juta dolar AS atau lebih dalam pekan pertamanya di Amerika Utara, sebagaimana dikatakan seorang analis perfilman.
Todd Phillips sutradara film Joker, mengkritik mereka yang menyerang film tersebut sebelum menyaksikannya.
“Saya tidak membayangkan percakapan yang telah muncul di dunia ini karenanya,” katanya di New York Film Festival, sebagaimana dikutip oleh Variety, Rabu.
“Saya rasa tak masalah film ini menimbulkan pembicaraan dan ada debat seputar film ini. Film ini adalah sebuah pernyataan, dan percakapan seputarnya justru bagus, namun akan lebih membantu apabila anda sudah menyaksikannya.”(ant/tin/ipg)