Urban Farming atau bercocok tanam dengan lahan terbatas di perkotaan masih relevan sampai saat ini unutk masyarakat urban. Urban farming, bisa menjadi alternatif refreshing ketika di rumah.
Urban farming merupakan praktik budidaya, pemrosesan, dan disribusi bahan pangan di perkotaan. Kebanyakan urban farming dilakukan dengan teknik hidroponik maupun aeroponik, sistem tanam yang tidak memerlukan lahan yang luas. Sayuran seperti sawi dan selada menjadi pilihan favorit masyarakat dalam melakukan urban farming.
Selain mudah, ternyata kegiatan ini memiliki beberapa manfaat loh, apa saja?
Menghilangkan Stress
Urban farming mengajak kita menanam, dan membudidayakan sesuatu. di saat senggang kita bisa memanfaatkan waktu untuk menanan. Dari efek menanam inilah kita akan tertarik untuk memantau perkembangan tanaman yang kita tanam.
Menurut penelitian psikologi ternyata dengan menyentuh tumbuhan, kadar emosi negatif seseorang akan berkurang. Hal ini didukung dengan riset lain yang menunjukkan dengan sensasi warna hijau dari alam baik visual maupun rangsangan dapat meningkatkan kerja otak.
Solusi Swasembada Pangan
Saat ini urban farming juga menjadi salah satu alternatif pengentasan masalah pangan.
Dengan melakukan kegiatan budidaya, tentu kita akan menuai hasil tanam. Begitu juga dengan urban farming, masyarakat bisa menanan apa yang disukai, terutama yang berkaitan denan bahan pangan misal sayuran dan palawija.
Dengan begitu, kebutuhan pangan dapat sedikit dibantu dan dipenuhi melalui urban farming ini.
Lingkungan Semakin Fresh
Membayangkan menanam sayuran di pekarangan rumah secara hidroponik, otomatis setiap hari kita akan disuguhi pemandangan hijau. Bukan hanya itu, ternyata dengan urban farming juga bisa membantu meningkatkan kualitas udara di sekitar kita.
Pada pagi sampai siang hari, tanaman yang kita tanam akan menyerap karbon dioksida dan memproduksi oksigen. Dengan begitu udara dan suasana di sekitar kita akan semakin sejuk dan segar. (dim/bid)