Sabtu, 23 November 2024

Monolog Ritus Travesty, Sebuah Ironi Tandak Ludruk

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Meimura saat gladi resik pementasan monolog Ritus Travesty. Foto: Totok suarasurabaya.net

Tandak Ludruk adalah bagian tidak terpisahkan dari sebuah pementasan lakon Ludruk. Kesenian khas Surabaya dan Jawa Timur yang keberadaannya kini semakin terpinggirkan untuk tidak menyebutnya hilang.

“Padahal dimasa lalu, Ludruk itu kesenian yang paling digemari masyarakat. Tidak hanya di pedesaan. Ada Cak Kartolo, Cak Kancil, Cak Agus Kuprit. Mereka para senior Ludruk. Sekarang memang mulai tidak terdengar keberadaan kesenian Ludruk,” terang Meimura aktor yang juga pemerhati Ludruk.

Ada yang menarik dari pentas Ludruk, lanjut Meimura, selain banyolan, kidungan adalah penampilan Tandak Ludruk yang biasanya dimainkan oleh sosok laki-laki yang mengubah perannya menjadi perempuan. Transgender.

Sosok Tandak Ludruk sekaligus juga memiliki daya pikat untuk menghadirkan penontonnya. “Sosok tandak sendiri adalah laki-laki yang memerankan perempuan. Cantik, menarik, dan secara mistis membuat laki-laki kepincut,” kata Meimura.


Meimura aktor yang juga pemerhati Ludruk bakal memainkan monolog berjudul Ritus Travesty. Foto: Totok suarasurabaya.net

Selain tampil saat membuka pentas Ludruk yang biasanya sebagai penari Remo atau Ngremo, sosok Tandak Ludruk juga ikut bermain dalam lakon-lakon Ludruk dan sebagai perempuan.

Ada banyak cerita dibalik Tandak Ludruk itu, dan monolog Ritus Travesty yang dijadwalkan tampil di panggung Balai Budaya pada Sabtu (29/12/2018) dan dimainkan sendiri oleh Meimura mencoba mengungkap banyak cerita itu.

“Ada ritual yang harus dijalani oleh Tandak Ludruk. Ada banyak cerita tentang itu, dan ada juga cerita duka para Tandak Ludruk yang sejatinya laki-laki yang memerankan sosok perempuan itu. Itu yang akan tampil di monolog Ritus Travesty,” tegas Meimura.

Adalah Mukidi seorang pemuda tampan yang memainkan dapuk Rusmini pada cerita Besut yang biasa dimainkan di pentas-pentas Ludruk di desa maupun kota. Mukidi sebagi Rusmini adalah star, primadona pentas Ludruk.

Seiring waktu, ketika pentas Ludruk tidak lagi jadi tontonan pilihan masyarakat yang kemudian digantikan kehadiran televisi dan pertunjukan atau tontonan lainnya, Rusmini diusia senjanya pun berduka.

“Rusmini sang primadona Tandak Ludruk diusia senjanya berduka, galau, melihat Ludruk yang tidak lagi digemari penontonnya. Mukidi alias Rusmini kehilangan gairah hidupnya melihat Ludruk magak antara hidup dan mati,” papar Meimura, Jumat (28/12/2018).

Monolog Ritus Travesty, Sabtu (29/12/2018) ditegaskan Meimura adalah closing ceremonial program tahun 2018 dari Perkumpulan Kesenian Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara Surabaya.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs