Sujiwo Tejo Tokoh Budayawan Indonesia mengatakan, sebaiknya tidak perlu mencari-cari penyebab bahasa daerah yang mulai jarang digunakan oleh orang-orang Indonesia.
Dia pun menegaskan, agar semua orang yang merasa punya daerah asal dan bahasa ibu mulai menggunakannya
lagi untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dia tegaskan, jangan malu memakai bahasa daerah.
Sujiwo Tejo menyampaikan ini saat menjadi narasumber di seminar Bahasa Daerah Sebagai Identitas Bangsa di program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Jumat (6/7/2018).
“Bukan hanya bahasa Jawa. Di negeri ini ada banyak sekali bahasa daerah. Jangan malu memakainya. Jangan malu pakai bahasa daerah. Kalau sekarang tidak banyak yang memakai bahasa daerah, tidak perlu dicari penyebabnya,” kata Tejo.
Tejo juga mencontohkan beberapa kata yang cukup lugas dipakai dalam bahasa daerah, khususnya Jawa, tetapi tidak ditemukan padanan katanya dalam kosa kata bahasa Indonesia. Misalnya kata yang menggambarkan tingkah perempuan.
“Endel. Kalau dalam masyarakat Jawa, kata itu memang mencerminkan sosok perempuan penggoda. Tapi bukan genit lho. Beda endel dan genit itu. Tidak sama. Tapi ada kok tingkah laku perempuan seperti itu, dan itu tidak kita temukan di kosa kata Bahasa Indonesia,” ujar Tejo.
Seperti biasa, pada hampir setiap panggung yang dihadiri Tejo yang juga mantan wartawan itu selalu menyanyi dan mengajak audiensnya untuk bernyanyi bersama-sama.
Tak kurang, Anyam-anyaman; Sugih Tanpa Banda; Jancuk dan Titi Kala Mangsa dinyanyikan Sujiwo Tejo. Seluruh komposisi itu mewakili tema seminar karena menggunakan Bahasa Jawa.
“Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Memang wajib kita pelajari juga. Tetapi bahasa daerah jangan ditinggalkan, bahasa daerah tetap harus kita pakai juga. Ini penting, dan bangsa ini punya puluhan bahasa daerah. Harusnya kita bangga,” ujar Tejo.(tok/den)