Pernah mengalami sakit telinga saat atau pasca melakukan penerbangan? Ya, itu adalah salah satu dampak yang diterima tubuh ketika berada di ketinggian. Namun hati-hati, gangguan yang mungkin sepele ini bisa mengancam jiwa seseorang. Seperti yang dikatakan Dr.dr. Wawan Mulyawan, SpBS (K), SpKP, dokter spesialis kedokteran penerbangan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan (Perdospi).
“Tekanan udara itu semakin tinggi (ketinggian) semakin rendah. Karena tekanan udara semakin rendah, akan berpengaruh ke tubuh. Yang paling terasa dari perubahan tekanan itu di telinga,” kata Wawan Seperti dilansir Antara, Rabu (12/12/2018).
“Jadi ada udara yang berbeda dari luar dan dalam tubuh. Mau mendarat telinga kan suka sakit. Itu karena gas terjebak dalam tubuh. Seseorang bisa meninggal dunia karena ini,” sambung dia.
Tak hanya itu, semakin sedikitnya oksigen membuat kapasitas seseorang menghirup udara turun. Akibatnya adalah risiko kekurangan oksigen atau hipoksia.
“Efek lainnya karena tekanan udara turun, kemampuan kita untuk menarik napas menjadi turun karena sedikit udara yang terhirup. Akhirnya kita kekurangan oksigen atau hipoksia. Efeknya bisa kematian,” tutur Wawan.
Bukan hanya penumpang, pilot juga bisa memgalami ini ditambah gangguan lain yang bahkan berdampak buruk untuk keselamatan penumpangnya, yakni disorientasi arah.
“Di ketinggian itu pesawat itu jalan tidak ada trek, pilot melihat ke atas dan bawah bisa salah, padahal sistem keseimbangan kita bisa mengecoh. Perasaan kita sedang menanjak tetapi sebenarnya sedang lurus. Pesawat harusnya lurus tetapi menukik. Ini yang namanya disorientasi,” papar Wawan.
Kemudian, pada malam hari, saat berada di ketinggian, gangguan pada kegelapan menjadi spesifik, karena kekurangan oksigen. Dampaknya penglihatan sudah terganggu walaupun saat di darat normal.
Agar kondisi ini tak terjadi, Wawan menyarankan pilot percaya pada instrumen yang ada di depannya, bukan semata mengandalkan indera apalagi perasaannya.
“Karena instrumen-instrumen itu adalah alat-alat yang sangat canggih, yang bisa menuntun pilot ke arah yang benar. Untuk pilot yang sudah pengalaman kadang merasa terlalu percaya diri, tidak melihat ke instrumen lalu terjadilah kejadian,” kata dia. (ant/dim/rst)