Pemutaran film Indonesia di berbagai Kota di China diharapkan memberikan motivasi tersendiri kepada para sutradara Indonesia agar menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
“Mereka Sudah menerima film-film kita. Tahu sendiri, kan, sensor di sini (China) sangat ketat,” kata anggota Dewan Penasihat Badan Perfilman Indonesia (BPI) Adisoerya Abdi di Ningbo, Provinsi Zhejiang China, dilansir Antara, Minggu (18/11/2018).
Menurut dia pemutaran film Indonesia di China tidak saja membanggakan sutradara dan produser tapi juga memberi peluang bisnis dengan memasuki ceruk pasar perbioskopan yang sangat besar dan terus berkembang.
“China punya 55 ribu layar bioskop. Ini yang bisa kita manfaatkan. Apalagi di sini satu film bisa diputar selama satu hingga dua bulan,” kata sutradara yang menghasilkan sejumlah film dan sinetron terkenal, satu di antaranya Roman Picisan 1981.
Adi kemudian membandingkan dengan jumlah layar di Indonesia yang hanya 1.300 unit untuk memutar 150 judul film nasional dan 200 film impor dalam satu tahun.
“Kita butuh ruang display tambahan agar bisa menampung karya-karya para sutradara kita,” kata mantan suami aktris Meriam Bellina itu di sela Festival Mikrofilm Internasional Ningbo (NIMF).
Pada Festival tahunan di kota pesisir timur daratan Tiongkok itu tiga film pendek Indonesia diputar yakni “Errorist of the Seasons”, “Roda Pantura”, dan “Indonesia Masih Subuh.”
Selain itu tiga film panjang Indonesia juga diputar di Cinema Ningbo yakni “Moonrise over Egypt”, “Kukejar Cinta ke Negeri China”, dan “Sara & Fei Stadhuis Schandaal”.
Beberapa film Indonesia, dalam berbagai kesempatan lainnya, juga telah diputar di Nanning Provinsi Guangxi Zhuang, Shanghai, dan Beijing. Namun, dari beberapa judul film Indonesia itu, sampai sekarang hanya “Cek Toko Sebelah” yang tayang secara komersial di layar lebar China.
Film karya Ernest Prakasa itu dibeli oleh salah satu perusahaan film di China untuk diputar secara komersial di gedung bioskop di Beijing. “Sukses atau tidaknya film itu secara komersial di China, saya belum bisa komentar, karena harus melihat data penjualan tiket dulu,” kata Adi.
NIMF 2018 dibuka oleh Zhang Minghua Wakil Ketua Lembaga Legislatif CPPCC Kota Ningbo, dihadiri juga oleh Siti Nugraha Mauludiah Konsul Jenderal RI untuk Shanghai. Di sela acara itu juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Pusat Pengembangan Film Kemendikbud RI dengan Asosiasi Sinema Ningbo.
Festival tersebut juga dimanfaatkan oleh Konjen dan Kementerian Pariwisata RI untuk mempromosikan lokasi-lokasi pengambilan gambar syuting film di Indonesia.(ant/den)