Sabtu, 23 November 2024

Kampanye Kreatif Tanpa Stiker, Poster, dan Baliho

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan

Ada banyak cara kampanye kreatif yang ditempuh untuk memenangkan pertarungan politik , baik oleh individu calon wakil rakyat, partai politik, maupun calon presiden.

Penggunakan alat peraga berupa stiker, poster, baliho dan sejenisnya seringkali hanya akan mengotori dan merusak pemandangan. Selain merusak estetika, juga kampanye semacam itu tidak efektif untuk pendidikan demokrasi ke depan.

Pada pilkada DKI lalu, Jokowi menyatakan diri tidak menggunakan berbagai atribut tersebut untuk kampanyenya, salah satu alasannya karena Jokowi tidak mau mengotori kota Jakarta. Meski pun masih ada beberapa alat peraga kampanye yang dipasang oleh pendukung maupun simpatisannya.

Alasan para penentang kampanye dengan berbagai alat peraga stiker, poster, baliho, dan sejenisnya tersebut:

Pertama, selain mengotori seperti yang diungkapkan oleh Jokowi, untuk sebagian besar wilayah Indonesia yang merupakan daerah tujuan wisata akan sangat mengganggu daya tarik bagi wisatawan, terutama pada saat akan mengabadikan keindahannya. Di samping juga untuk proses pembersihannya jpun sulit, terutama untuk stiker yang dipasang disembarang tempat dengan lem yang kuat.

Kedua, kampanye dengan menebar pesona melalui poster, stiker, baliho dan sejenisnya itu hanya menjadikan para kandidat bak selebritis, yang justru menjauhkannya dari calon pemilihnya. Cara ampuh yang ditempuh pasangan Jokowi – Ahok dengan masuk ke kampung-kampung, gang-gang sempit untuk bertemu langsung dengan masyarakat seharusnya diikuti oleh para kandidat yang akan berkampanye. Dengan demikian, para kandidat itu dapat mendengar langsung aspirasi, keluh-kesah, maupun apa yang dibutuhkan warga calon pemilihnya. Dalam kampanyenya juga, Jokowi tidak mengumpulkan orang , tapi lebih mendatangi warga. Salah satu kelebihan Jokowi bisa dekat dengan warga karena tokoh satu ini mampu memberi “kehangatan” dengan jiwanya yang mengayomi. Kini bangsa Indonesia membutuhkan tokoh yang seperti itu.

Ketiga, apabila kita simak beberapa isi pesan dalam poster, stiker, baliho dll itu biasanya hanya menampilkan slogan yang terkadang hanya berupa janji-janji belaka. Kini sudah waktunya para kandidat itu tampil smart dengan menggali aspirasi lalu menawarkan solusi.

Keempat, dengan waktu yang masih relative panjang sebelum masa kampanye yang diatur KPU nantinya tiba, seyogyanya para kandidat itu mulai mengisinya dengan berbagai langkah, tindakan yang langsung bersentuhan dengan masalah masyarakat. Kini berlomba-lombalah membangun rasa percaya diri masyarakat, kembangkan optimisme, tumbuhkan basis ekonomi kerakyatan, dan buka ruang-ruang demokrasi dari tingkat yang paling bawah. Sehingga akhirnya masyarakat akan mudah menilai siapa yang layak dipilihnya sesuai hati nurani.

Kelima, alihkan biaya produksi poster, stiker, baliho dll itu untuk modal usaha masyarakat paling bawah, misalnya untuk pengolahan sampah atau barang bekas, atau untuk membeli bibit pohon, dsb, sehingga memotivasi warga untuk lebih kreatif, peduli lingkungan dan jauh bermanfaat untuk kemaslahatan masyarakat ke depannya. Tidak lagi menempel foto diri di pohon-pohon di sepanjang jalan.

Masih banyak lagi strategi kampanye yang bisa dilakukan oleh para kandidat, terutama yang berkaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat, dari pada sekadar tebar pesona dengan pasang foto di segala penjuru kota maupun daerah.

Para calon wakil rakyat, maupun calon pemimpin peserta pemilu, harusnya pastikan, dengan kepedulian terhadap persoalan masyarakat calon pemilih, dengan kerja nyata, dan pemberian solusi atas masalah yang dihadapi rakyat, wajah Anda akan tertanam di hati rakyat, bukan sekadar terpampang di poster, stiker, baliho dan lainnya.

Dari sekian banyak caleg yang nakal ada banyak juga caleg yang baik bahkan kreatif dalam kampanye. Menjelang 9 April 2014, para caleg melakukan berbagai cara untuk menarik suara. Salah satunya melakukan kampanye melalui media internet untuk menarik pemilih muda.

Seiring dengan perkembangan jaman dan pesatnya pertumbuhan pengguna internet di Indonesia, kampanye kreatif menjadi pilihan terbaik bila dibandingkan dengan cara tradisonal yang telah usang, mengumpulkan massa, iring-iringan kendaraan yang menggangu pengguna jalan yang dampaknya dapat menjadi negatif. Cetak materi iklan dengan biaya tinggi namun hasilnya tidak dapat diukur, pengerahan team sukses dengan biaya operasional yang sangat tinggi bahkan memproduksi bahan kampanye yang tidak lama lagi akan menjadi sampah: berupa poster, baliho, spanduk, dan bendera.

Media internet adalah alat kampanye paling praktis dan murah. Internet menjadi media kampanye para caleg yang pintar. Tidak perlu mengeluarkan kocek banyak, cukup dengan membuat akun saja.

Jika menggunakan media televisi dan radio kemahalan, kenapa tidak menggunakan media sosial, juga youtube yang jelas-jelas bisa ditonton gratis oleh siapa saja. Youtube bisa digunakan untuk memposting film edukasi atau pun film unik, lucu yang didalamnya berisikan unsur-unsur kampaye. Cara ini sangat disenangi oleh masyarakat terutama pemilih muda. Bisa juga dengan menggunakan media rekekaman kampaye lalu di format ke mp3 setelah itu di share ke Facebook, BBM, WeChat dan WhatApp. Semua orang bisa mengaksesnya. Murah, meriah dan mewah. Sasarannya jelas, biayanya pun murah ketimbang dengan baliho, spanduk dan poster yang jelas sekali menghabiskan banyak dana dan pastinya akan menggotori wajah kota.

Harus diakui, kampanye menggunakan media internet ada kelemahannya, tidak semua kalangan bisa mengaksesnya, hanya kalangan terdidik dan anak muda saja yang akan terjamah oleh media ini, tidak dengan para orangtua di kampung yang tidak mengerti dengan internet. Biar pun mereka tidak mengerti Internet namun mereka punya anak dan anak mereka pasti pengguna internet dimana informasi kampaye caleg tersebut pasti akan sampai ke orangtuanya tersebut.

Disamping menggunakan media internet, para caleg juga bisa menggunakan media bergerak. Salah satu media bergerak itu berupa pin atau gantungan kunci. Kenapa pin dan gantungan kunci? Pin umum dipakai oleh banyak kalangan terutama anak muda. Sedangkan gantungan kunci banyak digunakan untuk gantungan kunci sepeda motor, rumah dan juga tas. Tentunya ini semua akan menjadi media promosi bergerak yang kreatif dan berbeda dari hanya sekadar membagi kartu nama, selebaran, maupun kalender. Sedangkan mobil dan becak berposter caleg, topi, kaos, payung, juga termasuk media promosi bergerak, memang efektif tetapi harga per unitnya tergolong mahal.

Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan jumlah pemilih pemuda di Indonesia yang mempunyai hak pilih mencapai 40 sampai 42 persen. Angka ini sangat berperan dalam pelaksanaan pemilu. Para pemuda akan memanfaatkan hak pilihnya pada pemilu 2014 mendatang ketimbang harus golput.(berbagai/ipg)

Teks Foto:
– Ilustrasi

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs