Sabtu, 23 November 2024

BPN: Pemilih Jokowi Pindah ke Prabowo Karena Protes

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Dradjad Hari Wibowo Anggota Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Foto: Faiz suarasurabaya.net

Dua hari lalu, Litbang Kompas mengeluarkan survei soal elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo Sandi.

Dalam survei tersebut pada Maret 2019, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 37,4 persen.

Menanggapi survei tersebut, Dradjad Hari Wibowo Anggota Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi mengatakan, survey Litbang Kompas tersebut memang relatif mampu menangkap dua tren utama dari pilihan politik rakyat.

Menurut dia, sebagian besar rakyat tidak mau lagi memilih Presiden Jokowi. Itu terlihat dari elektabilitas pasangan 01 yang di bawah 50 persen.‎

Dradjad melihat dari survei tersebut elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf turun, sedang Prabowo-Sandi naik.

“Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf cenderung turun, Prabowo-Sandi naik,” ujar Dradjad dalam pesan singkatnya kepada suarasurabaya.net, Kamis (21/3/2019).

Kata Dradjad, dua survey lain juga menangkap tren utama tersebut. Pertama, survey yang dilakukan oleh Polmark dan PAN, dengan responden lebih dari 32.500 di 73 Dapil. Kedua, survey yang dilakukan oleh parpol pendukung Prabowo-Sandi yang lain. Dalam survey mereka, selisih elektabilitas antara 01 vs 02 malah hanya sekitar 5 persen.

Dradjad menyimpulkan kalau saat ini rakyat ingin perubahan, sehingga Prabowo-Sandi harus maksimal mengejar ketertinggalan ini.

“Kesimpulannya, rakyat ingin perubahan. Semangat perubahan ini yang perlu dimaksimalkan Prabowo-Sandi untuk mengejar ketertinggalan,” jelasnya.

Untuk itu, Dradjad mengatakan, langkah yang harus dilakukan tim BPN adalah mendekati swing voters (massa mengambang).

“Jadi, kami perlu mendekati swing voters. Mereka ingin perubahan, tapi masih belum yakin untuk memilih Prabowo-Sandi,” tegasnya.

Kata Dradjad, peluang untuk merebut suara mereka sangat besar. Mereka belum memutuskan memilih Prabowo-Sandi karena termakan fitnah

“Karena, berdasarkan kluyuran saya ke berbagai daerah, mereka umumnya pemilih berpendidikan dan berorientasi program. Mereka belum memilih 02 karena termakan fitnah. Baik fitnah tentang Prabowo pribadi, maupun fitnah tentang ekstremisme,” kata Dradjad.

Tetapi, dia optimis fitnah tersebut bisa disanggah dengan mudah, jelas dan meyakinkan.

Menurut Dradjad, Prabowo-Sandi perlu menaikkan keunggulan di kalangan berpendidikan tinggi, generasi milenial dan menengah atas. Sosialisasi program seperti penurunan tarif pajak, rumah siap kerja, solusi BPJS Kesehatan dan sebagainya perlu lebih gencar.

Dradjad juga melihat fenomena protest vote yang makin tinggi. Mereka marah dengan beberapa kejadian, seperti OTT Romi, ketidakadilan dalam penegakan hukum, dan penjegalan Prabowo-Sandi di beberapa daerah. Vulgarnya pemakaian kementerian/lembaga negara, BUMN, ASN bahkan uang negara untuk mendongkrak elektabilitas juga membuat mereka tidak senang.

“Di Jatim, misalnya, saya bertemu pemilih-pemilih pak Jokowi tahun 2014 yang menganggap pemerintah menghalalkan segala cara. Mereka sekarang memilih Prabowo sebagai protes. Protest votes ini sangat berpotensi menggerus suara Jokowi-Ma’ruf,” tegas dia.

Dradjad mengatakan, gerakan ke kalangan pekerja, petani/peternak, nelayan dan penduduk pedesaan juga perlu lebih intensif. BPN dan caleg akan makin gencar bertemu dengan mereka.(faz/dwi/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs