Priyo Budi Santoso Sekretaris Jenderal Partai Berkarya mendorong agar debat capres putaran kedua pada 17 Februari 2019 mendatang diselenggarakan lebih terbuka dan tidak kaku.
Priyo mengusulkan agar debat capres putaran kedua nanti diselenggarakan dengan format tarung bebas. Dalam debat berformat tarung bebas ini, setiap paslon diperkenankan untuk menyampaikan visi misi besarnya dalam memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
“Kalau diperlukan kami menawarkan format debat free fight, tarung bebas di antara pihak-pihak, karena debat kedua ini head to head antara Pak Prabowo dan Pak Jokowi, calon presiden pemimpin republik ini,” kata Priyo dalam Koalisi Berbicara ‘Cuma Janji atau Indonesia Menang’ di Prabowo-Sandi Media Center, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan, Selasa (22/1/2019).
“Kami memimpikan beliau bisa mengeksplorasi tekad-tekad dan mimpi-mimpi besar. Ayo tarung bebas, free fight, tetapi tetap dalam koridor yang disetujui oleh kedua belah pihak,” imbuh Priyo.
Priyo menjelaskan, format debat seperti di atas diperlukan untuk menjawab keraguan masyarakat yang menyaksikan calon pemimpinnya membawa banyak kertas contekan saat debat capres perdana.
“Ini debat pemimpin besar negeri yang begitu majemuk, dengan berbagai warna suku. Tidak enak kita melihat, kemudian tertangkap kamera, calon pemimpin negara ini menjawab hanya membaca contekan,” sindir mantan Wakil Ketua DPR RI ini.
Sementara itu, Faldo Maldini Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) mendorong agar debat capres digelar di ruang-ruang akademis dan ruang-ruang publik. Hal itu perlu dilakukan agar visi misi yang disampaikan paslon bisa lebih membumi.
“Kita ingin melihat mereka (paslon) itu semakin sering diuji. Kalau di kampus bisa diuji gagasan akademisnya, atau di pangkalan ojek, bisa diuji pemimpin ini bukan hanya gimik aja,” kata Faldo.(rid/iss)