KH. Marzuki Mustamar Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menegaskan, PWNU tidak bisa menghalang-halangi para Kiai NU di Jawa Timur untuk mendukung atau tidak mendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2019.
Ketua PWNU Jatim menegaskan, PWNU sebagai penjaga organisasi Agama Islam yang menjunjung Mazhab Ahlussunah wal Jamaah tidak bisa mengarahkan warganya mendukung calon tertentu dalam kontestasi politik, baik Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, maupun Pemilihan Legislatif 2019.
PWNU, kata Marzuki, terikat pada khitah (landasan perjuangan NU). Pengurus NU tidak boleh mengarahkan warga NU mendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden, misalnya, melalui surat edaran maupun melalui instruksi kepada masyarakat secara resmi.
“Tidak boleh PWNU rapat resmi, dalam arti kami mengundang pakai kop surat PWNU, acaranya memberi dukungan atau tidak memberi dukungan kepada fulan-fulan (capres). Lalu (hasil) rapat itu kami tulis, ditandatangani Rois, Khatib, Ketua, Sekretaris, pakai kop resmi NU, lalu diedarkan, (isinya) instruksi. Tidak boleh. Itu melanggar khitah, dan NU tidak untuk itu,” katanya.
Dalam hal adanya pihak-pihak tertentu, apakah itu ulama atau Kiai yang melakukan hal itu, PWNU Jatim menurutnya tidak bisa menghalang-halangi. Alasannya, para kiai itu pasti telah melakukan analisa-analisa tertentu berkaitan calon atau pasangan calon tertentu.
“Kiai-kiai itu merasa punya kewajiban untuk mempertahankan NKRI. Dan kiai-kiai itu menganalisa, ini (capres) didukung kekuatan ini, kira-kira baik apa enggak untuk Ahlussunah? Baik apa enggak untuk Islam? Baik apa enggak untuk kelanjutan NKRI? Kalau pada akhirnya setelah menyimpulkan, oh ini (capres) baik untuk ini, akhirnya Kiai itu mendukung ini. Tentunya kami tidak bisa melarang Kiai meyakini kebenaran, ya, kan?” ujarnya.
Analisa para Kiai itu, kata Marzuki pasti dilakukan secara menyeluruh. Paslon mana yang didukung kelompok mana? Kelompok itu berafiliasi kepada pihak mana? Juga terkait ideologi kelompok itu, wawasan calon dan pendukungnya tentang Pancasila, tentang Ahlussunah wal Jamaah, sampai sikap mereka kepada Wali Sanga.
“Lalu setelah melakukan analisa-analisa itu, Kiai menyimpulkan: oh, mereka membahayakan masa depan NU. Oh, ini membahayakan masa depan NKRI. Sehingga Kiai berkesimpulan enggak mendukung. PWNU enggak bisa menghalang-halangi. Yang bisa, (kami) berdiskusi,” kata Marzuki Mustamar.
Dia bersyukur, PWNU bersama pengurus PCNU di Jatim dan semua pihak yang bekerja sama, tetap kompak, tetap solid, menjaga Ahlul Sunnah Jamaah. PWNU, kata dia, juga akan terus mengupayakan secara lahir dan batin agar Islam, Ahlussunah wal Jamaah, dan Indonesia tetap lestari.
“Dalam setiap kesempatan, doa saya: siapapun yang punya niat baik, pribadi, aparat, pejabat, calon presiden, calon DPRD, calon DPD, tim sukses, partai, yang punya niat tulus untuk kebaikan Islam, kebaikan Ahlussunah wal Jamaah, keutuhan NKRI, ya Allah, tolong mereka, mudahkan mereka. Kalau mereka mau menang, menangkan mereka dan sebaliknya bagi yang punya niat jahat,” ujarnya di Kantor PWNU Jatim, Kamis (21/2/2019).
KH Marzuki Mustamar menyatakan ini di tengah situasi politik menjelang Pilpres dan Pileg 2019, yang mana sejumlah Kiai disebut-sebut menyatakan dukungan dan mengarahkan warga NU mendukung salah satu pasangan calon. Sebagaimana kritik yang disampaikan KH Sholahuddin Wachid dalam sebuah kesempatan di Surabaya.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng yang akrab disapa Gus Sholah, cucu almarhum KH Hasyim Asy’ari pendiri NU, itu menyindir salah satu tokoh PBNU yang dalam sebuah acara dihadiri sejumlah massa NU mengarahkan mereka agar mendukung pasangan calon tertentu.
Kiai yang disindir oleh Gus Sholah adalah KH Said Aqil Siradj. KH Marzuki Mustamar mengatakan, dia tidak bisa bersikap lebih jauh karena dalam keadaan tidak mengetahui, sebagai apa KH Said Aqil Siradj diundang di acara yang dimaksud oleh Gus Sholah.
“Karena tidak bisa memastikan beliau diundang sebagai apa, saya tidak bisa menanggapi. Tapi kalau beliau diundang sebagai tokoh, mungkin sebagai pribadi, Kiai yang punya analisa: ini (Paslon tertentu) kalau jadi baik untuk NKRI, untuk Ahlussunah wal Jamaah, untuk kebhinekaan. Atas analisanya itu, dia berkesimpulan seperti itu. Perkara Kiai lain punya kesimpulan lain, ya, monggo (silakan),” ujarnya.
Kepada warga NU di Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar berpesan, jangan sampai pilihan politik apapun merusak hubungan dengan keluarga, dengan guru dan para Kiai. Kedua, jangan sampai warga NU turut mendukung kekuatan politik yang pada akhirnya merugikan keutuhan bangsa, merugikan Pancasila, merugikan NKRI.(den/ipg)