Sabtu, 23 November 2024

Analisis dan Kecurigaan Misbakhun soal Orasi Politik AHY

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat (Kogasma PD). Foto: Antara

Mukhamad Misbakhun Politikus Partai Golkar mengkritisi orasi politik Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat (Kogasma PD) yang berisi rekomendasi untuk presiden mendatang.

Influencer Tim Kampanye Nasional Joko Widodo – Ma’ruf Amin (TKN Jokowi Ma’ruf) itu menilai AHY yang miskin pengalaman di bidang politik terkesan menggurui dan bertindak prematur.

“Rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan AHY untuk presiden mendatang rasanya terlalu prematur, mengingat kontestasi pemilihan presiden saat ini sedang berlangsung,” ujar Misbakhun melalui layanan pesan, Sabtu (2/3/2019).

Legislator Golkar itu mengatakan, akan lebih elok jika AHY menyampaikan rekomendasi politiknya kepada Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. Terlebih, PD merupakan salah satu anggota koalisi partai pengusung duet bernomor urut 02 itu.

“Rasanya akan lebih elok jika rekomendasi dari anggota koalisi partai pendukung diberikan kepada Prabowo-Sandi. Masukkan rekomendasi AHY itu sebagai bagian dari program-program kerja dalam kampanye bersama,” jelas Misbakhun.

Lebih lanjut, Misbakhun menduga orasi politik AHY di panggung megah yang disiarkan langsung oleh televisi justru mencerminkan kegelisahan PD sebagai pengusung Prabowo – Sandi.

Dalam analisis Misbakhun, orasi AHY memunculkan kesan koalisi pengusung Prabowo – Sandi tidak terlalu menggubris partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

“Demokrat ini dulu pernah membawa AHY untuk menjadi cawapres ke partai-partai koalisi tetapi tidak bisa dicalonkan. Sekarang, AHY muncul di panggung eksklusif nan megah dan berpidato. Bisa jadi itu karena Partai Demokrat sudah tidak didengarkan oleh partai-partai koalisi pendukung Prabowo-Sandi sehingga memaksa mereka harus membuat panggung sendiri,” kata dia.

Wakil rakyat asal Pasuruan, Jawa Timur itu juga menilai isi pidato AHY malah menunjukkan PD tidak punya solusi teknis atas berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia. Padahal, kata Misbakhun, partai politik adalah alat perjuangan untuk mencapai cita-cita besar rakyat Indonesia.

“Di saat paslon capres dan cawapres sudah bicara biodiesel dan B20, bicara unicorn dan Palapa Ring sebagai infrastrukturnya, Partai Demokrat masih berkutat membicarakan masalah, bukan solusi. Masih sangat umum, global dan jauh dari detil teknis penyelesaian masalahnya,” kata Misbakhun.

Dia menyarankan kepada AHY untuk lebih sering bergaul dengan berbagai kalangan ketimbang tampil eksklusif di panggung. Menurutnya, hal itu juga untuk menempa AHY agar bisa berjiwa besar alam menyikapi sebuah keputusan politik yang tidak selalu menguntungkan putra sulung SBY itu ataupun PD.

“Paslon capres dan cawapres saat ini adalah putra-putra terbaik bangsa, yang sedang berdiri di panggung rakyat. SBY terlalu memaksakan untuk mendudukkan AHY sejajar dengan capres-cawapres yang saat ini sedang melakukan konstestasi. Mendudukkan AHY yang miskin pengalaman dan rekam jejak untuk merasa pantas menyampaikan rekomendasi kepada presiden yang akan datang, sama saja SBY meletakkan Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma’ruf lebih rendah dari AHY,” ujar Misbakhun.

Mantan PNS di Direktorat Jenderal Pajak itu menilai, rekomendasi PD yang disampaikan AHY juga bukan hal baru. Selain itu, Misbakhun menilai era keemasan PD memang saat SBY menjadi presiden.

“Kadang orang mesti berpikir untuk bisa menempatkan diri saat dirinya harus berada jauh di luar arena,” pungkas Misbakhun.(faz/wil/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs