Khofifah Indar Parawansa calon Gubernur Jatim 2018 nomor urut satu, mengunjungi sebuah pabrik rokok PT. HM Sampoerna di kawasan Rungkut Surabaya, Jumat (13/4/2018). Pabrik yang ia kunjungi kali ini, kata Khofifah, merupakan pabrik sigaret kretek tangan (SKT), yang menyerap banyak tenaga kerja perempuan.
Dari hasil kunjungannya itu, Khofifah mengaku khawatir dengan jumlah pabrik SKT yang semakin berkurang. Selama dua tahun terakhir, pabrik yang ia kunjungi itu mengalami penurunan konsumsi rokok kretek atau SKT, sekitar 2 persen. Hal itu dikarenakan adanya pola peralihan, masyarakat yang awalnya menggunakan rokok SKT beralih ke sigaret kretek mesin (SKM).
“Ada penurunan SKT ke SKM. Padahal SKT ini adalah produksi rokok yang padat karya, sedangkan SKT adalah padat modal. Ibaratnya, saat ini SKT dinilai old fashion dan masyarakat beralih ke SKM. Oleh karena itu, kita harus berpikir agar padat karya bisa terproteksi supaya tidak beralih ke SKM,” kata Khofifah.
Menurutnya, industri padat karya ini harus tetap mendapatkan perlindungan. Karena jumlah SKT saat ini, tidak sampai 10 persen dari seluruh industri rokok. Padahal, lanjut Khofifah, jumlah tenaga kerja yang menggantungkan nasibnya pada SKT masih cukup banyak, terutama perempuan yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya.
“Selama ini, dari berbagai pabrik rokok SKT yang saya kunjungi, hampir 100 persen menyerap tenaga kerja perempuan dan sudah puluhan tahun kerja di sana. Tapi melihat sekarang, beberapa pabrik rokok sudah mulai beralih ke SKM. Kita harap, ini tidak terus merosot, dan harus segera dirundingkan oleh pihak ownernya. Yang SKT harus terproteksi, supaya tidak beralih ke SKM. Nah ini yang punya tugas adalah owner. Supaya owner bisa menjaga dengan berbagai macam promosi. Supaya industri padat karya bisa terus terjaga,” kata dia.
Apabila konsumsi dan produksi SKT menjadi turun, kata Khofifah, maka dikhawatirkan tren akan berdampak pada penurunan suplai industri yang menampung tenaga kerja wanita. Mengingat, angka pengangguran di Jatim masih tinggi, sekitar 800 ribu lebih. Sementara penyumbang rekruitmen pegawai di hulu-hilir sebesar 2,6 juta tenaga kerja wanita dari bidang dan hasil tembakau.
“Yang saya ingin fokus adalah padat karyanya. Dari pabrik rokok SKT pekerjanya adalah usia 15 tahun ke atas. Mereka adalah tulang punggung ekonomi keluarga. Sehingga kami ingin ini menjadi kesatuan kebijakan, bagaimana melindungi tenaga kerja,” tuturnya.
Kebijakan Khofifah yang ingin melindungi industri padat karya ini didukung oleh Yovan Sudarman Manager Fiskal Affair PT. HM Sampoerna. Yovan mengatakan perusahaannya itu memiliki 65.000 tenaga kerja yang harus dilindungi. Karena, besar tenaga kerja yang diserap, untuk menyuplai permintaan rokok kretek di Indonesia.
“Sumbangan pajak bea cukai kita mencapai Rp63 trilliun. Kami berharap cukai tidak dinaikkan drastis atau siginifikan, bukannya kami menentang kenaikan bea cukai, tapi harus dilihat apakah iklim industri sedang berkembang atau tidak, paling tidak dipertimbangkan parameter inflasi supaya bisa pulih kembali,” jelasnya. (ang/ino/ipg)