Berawal dari seringnya melihat beberapa orang yang tidur di dekat tempat pembuangan sampah, dan sesekali mengais-ngais sampah untuk mencari sesuap nasi, sekelompok anak muda berinisiatif membentuk sebuah komunitas untuk berbagi.
Mereka menciptakan komunitas “Sebung Surabaya” atau sego bungkus (nasi bungkus—red) Surabaya, dimana donaturnya dihimpun melalui komunitas dan dibagikan lewat media sosial twitter @sebung_sby.
Dita Kencana Putri menceritakan pada malam pertama puasa, Kamis (18/6/2015) komunitas Sebung Surabaya membagikan 250 nasi bungkus di beberapa titik Kota Surabaya.
Dimulai dari Kampus B menuju Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Kenjeran, lanjut ke TPS ITC, TPS JMP, GentengKali, sampai ke TPS yang ada di kawasan Genteng-Pasar Besar.
Sejalan rute tersebut, ratusan nasi bungkus juga dibagikan pada tunawisma yang tidur di depan pertokoan yang sudah tutup.
Mereka tidak sendirian karena juga dibantu donatur, yang berasal dari pengusaha, mahasiswa, pekerja swasta dan lainnya. “Untuk jumlah donatur tidak ada catatan pastinya, karena banyak yang berdonasi tapi tidak ingin diketahui,” kata Dita saat berkomunikasi melalui email dengan tim ODP Suara Surabaya.
Donatur yang ingin bergabung, lanjut dia, bisa berupa uang atau juga membawa nasi bungkus sendiri.
Dita menjelaskan, awalnya anggota komunitas Sebung Surabaya berkumpul di depan Perpustakaan kampus B universitas Airlangga pukul 22.00 WIB kemudian mulai membagikan nasi bungkus yang terkumpul.
Nasi bungkus yang terkumpul dibagikan kepada tukang becak , gelandangan yang tidur di paving jalan, atau dhuafa lainnya seperti pemulung dan penarik gerobak sampah.
“Alasan kami bergerak malam sekali, supaya benar-benar dapat memberi makan pada yang membutuhkan siapa tahu hingga tidurpun mereka harus di jalanan dan belum makan,” ujar dia.
Selain membagikan nasi bungkus, komunitas Sebung Surabaya juga berniat menyediakan mudik gratis, pembagian paket sembako dan baju untuk kaum dhuafa agar mereka bisa berbagi keceriaan di hari Raya Idul Fitri. (dwi/rst)