Ketika hasil diagnosa dokter tidak dapat saat itu juga diberikan kepada pasien, sementara untuk pulang dan menunggu dulu di rumah, butuh usaha penuh baik fisik yang kian melemah maupun biaya transportasi yang bakalan membengkak. Atau ketika pasien harus menjalani kemoterapi dan sinar radiasi untuk batas waktu yang belum ditentukan berapa lamanya. Pejuang kanker harus bersedia menunggu, tanpa fasilitas ruang inap di dalam rumah sakit. Ruang-ruang alternatif jadi jujugan untuk sejenak merebahkan badan menghilangkan rasa sakit yang mendera. Mereka butuh rumah.
Pertimbangan inilah yang membuat Yayasan Kanker Indonesia (YKI) cabang Jawa Timur membuka kembali rumah singgah bagi pasien kanker dari luar kota yang sedang menjalanai pengobatan di Surabaya, pada 2011. “Sebenarnya rumah singgah YKI Jawa Timur sudah ada sejak 1988.” ujar Khairun Sani, Kepala Sekretariat YKI Jatim. Namun dari 2001 hingga 2010 vakum akibat masalah internal, lanjutnya ditemui di Rumah Singgah Sasana Marsudi Husada, yang jadi satu dengan sekretariat YKI Jatim, di Mulyorejo Indah I nomer 8, Surabaya.
Menawarkan kesederhanaan dan lebih mengutamakan kenyamanan, di sini para pejuang kanker bisa istirahat, dan kerabat penunggupun merasa layaknya rumah sendiri. Dulu 45 kamar yang dimiliki selalu penuh hingga harus antri. Namun sejak pembatasan sosial dan kegiatan akibat pandemi, kamar yang terisi masih separo saja. “Ini yang kasihan, artinya para pejuang kanker di daerah banyak yang belum bisa melanjutkan pengobatan ke Surabaya akibat pembatasan kegiatan yang mengharuskan syarat tertentu untuk pendatang masuk ke Surabaya.” ujar Estiningtyas Nugraheni, Sekretaris YKI Jatim yang ikut menemani suarasurabaya.net menyambangi rumah singgah.
Rumah singgah disini terdiri dari kamar-kamar dengan beberapa kelas sesuai tarif masing-masing dari 25 ribu hingga 50 ribu. Ada juga yang gratis bagi yang membutuhkan. Ada mobil antar jemput untuk pengobatan ke RSUD dr Soetomo setiap harinya dari jam 5 pagi sampai 5 sore. Tak ada batasan usia, jenis kelamin maupun agama, untuk singgah di sini. Mereka bisa tinggal tanpa batasan waktu, selama ada ruangan.
Empati dari pengurus rumah singgah untuk turut merasakan sakitnya, turut pula memberi ruang harapan bagi para pejuang kanker. Disini mereka menemukan teman yang mendengar cerita dan keluh, menemukan keluarga baru untuk berbagi. Disini para pejuang kanker pulang ke rumah. (Foto: Anton suarasurabaya.net)