![](https://www.suarasurabaya.net/wp-content/uploads/2025/01/Gaza-1-170x110.webp)
Donald Trump Presiden Amerika Serikat (AS) pada Jumat (14/2/2025), menyatakan dirinya akan mengambil sikap “sangat tegas” terhadap konflik di Jalur Gaza.
Pernyataannya itu muncul menjelang tenggat pembebasan sandera yang masih ditawan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada pukul 12.00. Jika itu tergantung pada saya, saya akan mengambil sikap yang sangat tegas. Saya tak bisa memberi tahu Anda apa yang akan dilakukan Israel,” kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih seperti dilansir Antara, Sabtu (15/2/2025).
Awal pekan ini, Trump mengusulkan agar gencatan senjata antara Israel dan Hamas dibatalkan jika semua sandera di Jalur Gaza tidak dibebaskan pada Sabtu pukul 12.00 waktu setempat (17.00 WIB).
“Menurut saya, jika semua sandera tidak dikembalikan paling lambat Sabtu pukul 12 siang — saya rasa ini waktu yang tepat — saya akan katakan, batalkan saja dan hentikan semua kesepakatan dan biarkan kekacauan terjadi,” kata Trump, Senin lalu.
Gencatan senjata di Jalur Gaza telah diberlakukan sejak 19 Januari. Kesepakatan tersebut menghentikan perang genosida yang dilancarkan Israel di wilayah kantong Palestina itu.
Perang itu telah menewaskan lebih dari 48,000 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan menghancurkan wilayah yang dikepung oleh Israel tersebut.
Hamas mengatakan mereka akan menunda pembebasan sandera tahap ke-6 pada Sabtu karena Israel melanggar perjanjian. Namun, setelah dimediasi oleh Qatar dan Mesir, pembebasan itu akan dilaksanakan akhir pekan ini sesuai kesepakatan.
Trump mengatakan Hamas sekarang ingin membebaskan sandera lagi.
“Lalu tiba-tiba, dua hari lalu, mereka berkata, ‘Tidak, kami telah memutuskan untuk membebaskan para sandera’,” kata dia, seraya menambahkan bahwa Hamas harus membebaskan semua sandera.
Belum lama ini Trump mengatakan akan mengambil alih Gaza, memindahkan warga Palestina di sana ke negara-negara tetangga, dan mengubah wilayah itu menjadi resor pantai yang mewah. Pernyataannya itu menuai kecaman luas dari negara-negara lain, termasuk warganya sendiri. (ant/bil/ipg)