Sabtu, 18 Januari 2025

Trump dan Biden Saling Klaim Berjasa atas Gencatan Senjata di Jalur Gaza

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Joe Biden (kiri) Presiden AS dan Donald Trump Presiden terpilih AS. Foto: Anadolu

Donald Trump Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) dan Joe Biden  Presiden AS yang lengser pada Rabu (15/1/2025) waktu setempat, saling mengklaim berjasa atas kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Sebelumnya pada hari itu, muncul laporan mengenai kesepakatan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Saat media mulai menyoroti perkembangan itu, Trump bertindak cepat, mengumumkan di media sosial bahwa kesepakatan telah dicapai untuk sandera Israel yang ditawan di Gaza.

“Kami memiliki kesepakatan untuk para sandera di Timur Tengah. Mereka akan segera dibebaskan,” tulis Trump di Truth Social yang dilansir kantor berita Anadolu, Jumat (17/1/2025).

Dalam tanggapan lanjutannya, Trump menggambarkan perjanjian tersebut sebagai “perjanjian gencatan senjata yang LUAR BIASA”, dan mengaitkannya dengan kemenangannya dalam pemilihan presiden tanggal 5 November lalu.

“Perjanjian gencatan senjata EPIC ini hanya dapat terjadi sebagai hasil dari Kemenangan Bersejarah kita pada November, karena hal ini memberi isyarat kepada seluruh Dunia bahwa Pemerintahan saya akan mengupayakan Perdamaian dan menegosiasikan kesepakatan untuk menjamin keselamatan semua warga Amerika, dan Sekutu kita. Saya sangat gembira para sandera Amerika dan Israel akan kembali ke rumah untuk dipersatukan kembali dengan keluarga dan orang-orang terkasih mereka,” kata Trump.

Kesepakatan itu bertepatan beberapa hari sebelum pelantikan Trump sebagai presiden ke-47, yang secara luas dilihat terkait dengan ancamannya akan pembebasan para sandera sebelum masa jabatan keduanya dimulai pada 20 Januari.

Seminggu sebelumnya, Trump mengeluarkan peringatan keras bahwa jika para sandera di Gaza tidak dibebaskan sebelum pelantikannya, “semua kekacauan akan terjadi di Timur Tengah.”

“Ini tidak akan baik bagi Hamas dan terus terang, tidak akan baik bagi siapa pun. Semua akan kacau. Saya tidak perlu mengatakan apa-apa lagi, tetapi itulah kenyataannya,” kata Trump saat berada di negara bagian Florida, Selasa (14/1/2025) lalu.

Sekitar dua jam kemudian, gencatan senjata diumumkan, yang akan berlaku hari, Minggu (19/1/2025) mendatang.

Di sisi lain, dalam sebuah konferensi pers, Joe Biden mengatakan bahwa dirinya “sangat puas” bahwa kesepakatan yang sulit dicapai untuk mengakhiri perang 15 bulan Israel telah tercapai.

“Rakyat Palestina telah melalui neraka. Terlalu banyak orang tak berdosa yang tewas, terlalu banyak masyarakat yang hancur. Dalam kesepakatan ini, rakyat Gaza akhirnya dapat pulih dan membangun kembali. Mereka dapat menatap masa depan tanpa Hamas berkuasa,” katanya.

Biden menguraikan struktur kesepakatan tiga fase terkait kesepakatan tersebut. Pada tahap pertama, akan ada gencatan senjata selama enam minggu, pasukan Israel akan ditarik dari daerah berpenduduk di Gaza, dan sandera tertentu, termasuk wanita, orang tua, dan yang terluka, akan dibebaskan.

Tahap kedua melibatkan pertukaran tahanan untuk pembebasan sandera yang tersisa, termasuk tentara pria. Selama waktu ini, semua pasukan Israel akan ditarik dari Gaza, dan gencatan senjata sementara akan menjadi permanen.

Pada tahap akhir, jasad sandera yang meninggal akan dikembalikan ke keluarga mereka, dan rencana rekonstruksi besar untuk Gaza akan dimulai.

“Ini adalah perjanjian gencatan senjata yang saya perkenalkan musim semi lalu. Hari ini, Hamas dan Israel telah menyetujui perjanjian gencatan senjata itu dan mengakhiri perang,” katanya.

Selama pengarahan, ketika seorang reporter bertanya tentang siapa yang akan mendapatkan pujian atas kesepakatan itu, “Anda atau Trump?” Biden menjawab: “Apakah itu lelucon?”

Gencatan senjata ini terjadi pada hari ke-467 operasi militer Israel yang membabi buta terhadap Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 46.700 orang, dimana sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

Aksi genosida itu dilakukan Israel sejak serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang, dan sekitar 250 orang lainnya dibawa kembali ke Gaza sebagai sandera.

Lebih dari 11.000 warga Palestina hilang di tengah kerusakan besar yang disebabkan oleh pemboman Israel di Gaza, dan krisis kemanusiaan yang telah merenggut nyawa banyak warga Palestina, tua dan muda, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam beberapa waktu terakhir.

Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada bulan November lalu untuk Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel dan Yoav Gallant mantan Menteri Pertahanannya, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.​​​​​​​ (bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 18 Januari 2025
24o
Kurs