Jumat, 22 November 2024

Perajin Ukiran Jepara Berharap ke Ganjar soal Kemudahan Akses Permodalan

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ganjar Pranowo Capres nomor urut 3 mencoba mengukir kayu di depan perajin ukiran di Desa Blimbingrejo, Nalumsari, Jepara, Jawa Tengah, Selasa (2/1/2024). Foto : istimewa

Para perajin ukiran di Desa Blimbingrejo, Nalumsari, Jepara, Jawa Tengah, mengeluhkan akses permodalan kepada Ganjar Pranowo calon Presiden (Capres) nomor urut 3. Para perajin juga berharap Ganjar dapat memperbaiki kondisi ekonomi sehingga kejayaan Jepara yang dijuluki Kota Ukir kelas dunia dapat kembali bangkit.

Selama ini, menurut pengakuan para perajin, akses permodalan-lah yang selalu menjadi kendala untuk kegiatan produksi. Selama ini perajin hanya mendapatkan bantuan permodalan dari program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan plafon yang beragam.

“Makanya perlu bantuan modal dari lainnya, ini rata-rata permodalannya yang kurang. Kalau cuma Rp5 juta, Rp10 juta, Rp15 juta diberikan bertahap, sudah habis buat bayar pekerja sama beli kayu. Jadi tidak bisa menjual, ya kita berhenti. Kalau pakai KUR sudah mentok,” ujar salah seorang perajin kepada Ganjar.

Alasan tambahan modal tersebut, disebabkan karena adakalanya konsumen dalam jumlah yang banyak, akan tetapi kurang akibat tidak bisa membeli bahan baku. Alhasil kebutuhan pesanan konsumen tidak bisa dipenuhi.

“Kita tidak bisa Pak Ganjar karena terbentur modal,” tegas perajin.

Jumlah perajin ukir mebel di Blimbingrejo mencapai 100 orang, dengan rata-rata perajin punya 5-10 pekerja. Padahal, dari teknik pemasaran, para perajin sudah mengandalkan metode online melalui media sosial seperti Facebook ataupun whatsapp. Ada bagian yang memasarkan, ada yang bagian produksi.

Mendapat curhat dari para perajin tersebut, Ganjar langsung meresponnya dengan cepat.

“Langsung sat set aja, tolong kelompoknya diinventarisir biar diklasifikasi jumlah modalnya,” ujarnya.

Ganjar menambahkan, memang industri ukir di Jepara ini masih menjadi idola, khususnya untuk produk gebyok, dan penjualannya masih bagus. Para perajin sudah mau modernisasi cara menjualnya. Namun, lanjut Ganjar, akses permodalan yang masih dibutuhkan.

“Seringkali ketika mengambil kredit KUR ternyata keluhannya sedikit-sedikit, maka pada saat proyeknya sudah berakhir, uangnya sudah habis dipakai bayar buruh, mereka minta skim agar kreditnya bisa lebih mudah, bisa diambil di depan dan seterusnya,” tandas Ganjar.

Dalam kunjungan tersebut, Ganjar berdialog dengan para perajin ukir. Ganjar juga menjajal secara singkat cara mengukir kayu dengan pola berbentuk bunga. Adalah Ahmad Nurdinsyah, seorang kuli ukir yang sempat berdialog dengan Ganjar.

“ Ya tadi Pak Ganjar nanya-nanya soal ukiran. Saya berdoa semoga Pak Ganjar bisa menjadi Presiden, dan berharap Pak Ganjar mengerti nasib orang kecil, meningkatkan ekonomi Jepara. Kami sebagai kuli hanya bisa mengukir tentu berharap usaha ukiran bisa maju, harapannya produk Jepara bisa bangkit lagi, kondisi Jepara bisa balik lagi,” kata Ahmad.

Lebih lanjut, Ganjar menambahkan, perlu kiranya melestarikan dan mengembangkan agar Jepara bisa menjadi tempat pusat ukir dan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan industri. Maka, lanjut Ganjar, ada usulan perlunya sekolah vokasi untuk ukir. Hal ini penting agar kerajinan ukiran diminati anak-anak sehingga ada proses regenerasi. (faz/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs