Jumat, 22 November 2024

PDI Perjuangan: Kampanye Jokowi Buktikan Prabowo-Gibran Cermin Periode Ketiga Jokowi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Hasto Kristiyanto Sekjen DPP PDI Perjuangan saat memberikan keterangan pers di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Barat beberapa waktu lalu. Foto: Faiz Fadjarudin suarasurabaya.net

Hasto Kristiyanto Sekjen DPP PDIP menegaskan, pernyataan Jokowi Presiden bahwa Presiden boleh berkampanye dan boleh berpihak telah menciptakan sentimen sangat negatif.

“Apa yang disampaikan Pak Jokowi akhirnya membuktikan bahwa pasangan Prabowo-Gibran merupakan cermin ‘Jokowi Tiga Periode’ yang selama ini ditolak oleh PDI Perjuangan bersama seluruh kelompok pro demokrasi, para budayawan, cendekiawan, dan juga kekuatan yang berjuang menjaga konstitusi,” ujar Hasto dalam keterangannya, Kamis (25/1/2024).

Kata Hasto, pernyataan Jokowi selain melanggar etika politik, juga melanggar pranata kehidupan bernegara yang baik.

“Bayangkan saja, Pak Jokowi ini sudah menjabat presiden dua periode, dan konstitusi melarang perpanjangan jabatan. Dengan ketegasan Pak Jokowi untuk ikut kampanye, artinya menjadi manifestasi tidak langsung dari ambisi kekuasaan tiga periode. Publik kini mempersoalkan kembali berbagai rekayasa hukum yang dilakukan di MK untuk meloloskan Gibran,” tegasnya.

Karena ambisi 3 periode tersebut, lanjut Hasto, kini rakyat paham, mengapa Jokowi sampai begitu bersemangat membuntuti kampanye Ganjar Pranowo, khususnya di Jateng, Jatim, Lampung, dan NTT.

“Sebab Ganjar Pranowo itu Presiden rakyat, dekat dengan wong cilik, memiliki program rakyat miskin yang diterima luas, dan menampilkan model kepemimpinan yang menyatu dengan rakyat, ditambah ketegasan Prof Mahfud MD,” terangnya

Hal Itulah, menurut dia, yang ditakutkan dari Ganjar-Mahfud, sampai lebih sepertiga pengusaha penyumbang perekonomian nasional pun dikerahkan untuk dukung Paslon 02.

Selain itu, Hasto menilai, pernyataan Jokowi yang disampaikan di depan Menhan Prabowo, dan Jajaran TNI juga sangat tidak elok.

“TNI adalah kekuatan pertahanan yang seharusnya netral. Namun hal tersebut justru mengungkapkan motif sepertinya ingin melibatkan TNI, setidaknya secara psikologis,” ujar Hasto.

“Jadi akhirnya terjawab mengapa banyak intimidasi. Ganjar-Mahfud dikepung dari seluruh lini, meski kami meyakinan kekuatan rakyat tidak bisa dibendung dan akan menjadi perlawanan terhadap kesewenang-wenangan yang terjadi,” pungkas Hasto. (faz/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs