Jumat, 22 November 2024

Megawati Ingatkan Pilkada 2024 Jangan Ada Lagi Cara Intimidasi dan Kecurangan TSM

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Megawati Soekarnoputri Ketua Umum DPP PDIP yang juga Ketua Dewan Pengarah BPIP saat memberikan sambutan dalam acara penyerahan duplikat bendera pusaka kepada seluruh gubernur se-Indonesia di Balai Samudra, Jakarta, Senin (5/8/2024). Foto : istimewa

Megawati Soekarnoputri Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) berharap penyelenggarakan Pilkada 2024 ini akan berjalan sesuai aturan.

Hal ini disampaikannya saat memberikan sambutan dalam acara penyerahan duplikat bendera pusaka kepada seluruh gubernur se-Indonesia di Balai Samudra, Jakarta, Senin (5/8/2024).

Megawati berharap tidak ada lagi kecurangan atau pelanggaran Pilkada yang bersifat terstruktur, sistematis dan masif (TSM).

“Terus sekarang, biarin itu Pilkada itu jalan yang benar saja. Enggak usah pakai TSM-TSM. Udah deh, enggak usah. Kasihan pada rakyat tuh, jangan dibodohi melulu, kasihan,” kata Megawati.

Dia pun menceritakan bagaimana saat menemui rakyat pada pasca Pemilu 2024, di mana awalnya mereka ingin memilih capres Ganjar Pranowo yang diusung PDIP.

“Kalau saya ketemu sama rakyat, ‘kamu kemarin nyoblosnya siapa? Ibu kita kepinginnya milih yang ibu pilih. Ya siapa, gitu kan?. ‘Pak Ganjar, terus kita disuruh yang sono’. Gitu, pergi deh temuin rakyat ngomong dah,” cerita Megawati.

“Ini kenyataan loh, mau saya buktikan. Nanti dibilang saya provokator. Ini kenyataan Republik Indonesia yang saya cintai. Kalian cintai apa tidak?” sambungnya.

Megawati yang mendengar tamu undangan menanyakan kembali soal rasa cinta tanah air tersebut.

“Ya gak bisa apa ngomong keras, dari sini keluar kata-kata itu, bukan hanya karena lip service. Cinta apa tidak sama republik ini?,” tanya Megawati yang kemudian dijawab keras cinta.

“Nah orang bisa kok terus terang. Apa takut mau ditangkap?,” lanjutnya.

Dia pun mengingatkan, agar tak menggunakan cara-cara mengintimidasi. Semua harus menggunakan azas kekeluargaan.

“Republik ini dibangun oleh para pendiri republik untuk menjadi azas kekeluargaan, gotong royong, bukan saling mengintimidasi, bukan saling menekan. Untuk itulah, maka Bung Karno sebenarnya berkorban pada waktu itu, supaya jangan terjadi namanya perang saudara,” tutur Megawati.

Dia menegaskan, bukan sebagai provokator atau memprovokasi membicarakan hal ini. Tapi memang sudah waktunya untuk bicara soal kebenaran, terlebih ada kepala daerah dan Pj kepala daerah.

“Saya kan orang yang senang ke lapangan diam-diam. Gubernur saya (dari PDIP) Pak Olly Dondokambey, itu kali dia pusing juga kalau melihat aku marah-marah. Untuk apa aku jadikan kamu gubernur karena dia orang kita. Tapi kalau yang lain saya gak berani, diam aja. Tapi lama-lama saya mikir, enggak deh gue barang antik, gue ngomong aja, ingin tahu reaksinya,” kata Megawati.

Lantas dia menyinggung soal kepolisian.

“Paling mungkin juga ditangkap, ditangkapnya sama sono, sama polisi. Kan saya sudah bilang, nanti gue datangin Kapolrinya. Kapolri itu juga bagian dari Republik Indonesia, mau mau nangkepin orang. Nangkepinnya yang benar, jangan pilih kasih. Berkeadilan dengan perikemanusiaan. Gitu lho,” seloroh Megawati.

Dia juga mengkritik, bagaimana banyak sekarang yang ingin main aman saja.

“Karena sepertinya suasana kebatinan yang saya lihat, semua orang kayaknya tuh cari selamat. Lebih baik kita ikut saja. Tidak peduli, biar saja. Saya gak bisa karena bapak ibu saya petarung tahu gak. Ibu saya mana mungkin, kalau dia cengeng, berani suruh bikin bendera. Ayo,” kata Megawati. (faz/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs