Jumat, 22 November 2024

Kubu Prabowo-Gibran Tegaskan Food Estate Mulai Membuahkan Hasil

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Budisatrio Djiwandono Komandan Komunikasi TKN Prabowo-Gibran (kiri kemeja biru muda) memberikan keterangan pers, Senin (22/1/2024), di Media Center TKN, Jakarta Selatan. Foto: Farid suarasurabaya.net

Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran membantah tuduhan Muhaimin Iskandar cawapres nomor urut 1 dan Mahfud MD cawapres nomor urut 3 dalam Debat Pilpres 2024, Minggu (21/1/2024), yang menyebut program lumbung pangan nasional (food estate) gagal dan merusak lingkungan.

Budisatrio Djiwandono Komandan Komunikasi TKN Prabowo-Gibran mengatakan, mewujudkan lumbung pangan nasional di atas lahan mencapai ribuan hektare bukan perkara mudah.

Kebijakan itu tidak bisa instan atau membutuhkan proses panjang hingga hasilnya bisa dinikmati banyak pihak.

“Mewujudkan lumbung pangan tidak bisa instan, bukan sehari dua hari, sebulan, setahun, direncanakan lalu membuahkan hasil. Tapi, butuh proses panjang,” ujarnya dalam konferensi pers di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jakarta, Senin (22/1/2024).

Berdasarkan evaluasi dan pengawasan yang dilakukan Komisi IV DPR RI mitra Kementerian Pertanian, lanjut Budi, program lumbung pangan nasional di wilayah Sumatera Utara dengan fokus tanaman produk hortikultura seperti bawang dan kentang sudah membuahkan hasil.

Sementara, lahan di kawasan Gunung Mas, Kalimantan Tengah, juga sudah ditanami jagung dan singkong dengan produktivitas yang sangat baik.

“Lahan di Kabupaten Gunung Mas yang sering menjadi sorotan berbagai pihak, per hari ini sudah tertanam dan akan panen 8 hektare jagung dan 5 hektare singkong. Dengan produktivitas singkong mencapai 20 ton per hektate dan jagung 6 ton per hektare. Proses ini memang memakan waktu, perlu dievaluasi kondisi tanah di Gunug Mas. Setelah dilakukan evaluasi baru ditemukan formula tepat, tanaman apa yang bisa mengisi lahan di Gunung Mas,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu, Budi juga membantah framing yang menyebut proyek lumbung pangan nasional di Kabupaten Gunung Mas merusak lingkungan.

Faktanya, lahan yang digunakan untuk food estate adalah lahan bekas area hutan produksi yang tidak produktif. Mayoritas lahannya kering, semak belukar, pohon yang tumbuh berdiameter kecil dan minim vegetasi yang nilai ekonominya rendah.

“Kalau dibilang area itu ada nilai biodiversitas tinggi itu tidak benar. Karena kawasan lumbung pangan yang ijinnya diberikan KLHK dikelilingi area hutan tanaman industri dan sawit. Lebih dari itu, masyarakat Gunung Mas juga menyambut gembira program lumbung pangan nasional. Mereka melihat ini kesempatan di mana lapangan kerja terbuka,” tandas Budi.

Sebelumnya, Joko Widodo Presiden menyatakan, mengembangkan lumbung pangan bukan hal yang gampang dilakukan. Bahkan, angka keberhasilan panen baru mulai normal pada usaha penanaman keenam atau yang ketujuh kalinya.

Kepala Negara menyadari permasalahan dalam proses pembangunan lumbung pangan bisa terjadi. Supaya proyek tersebut berjalan sesuai harapan, pemerintah akan melakukan evaluasi dan koreksi.(rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs