Jumat, 22 November 2024

Hasto: Peristiwa Kudatuli Ajarkan Kekuasaan Otoriter Sekuat Apapun Tak Bisa Bungkam Suara Arus Bawah

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Hasto Kristiyanto Sekjen DPP PDIP saat pidato dalam peringatan 28 Tahun peristiwa Kudatuli di kantor DPP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Sabtu (27/7/2024). Foto : Faiz Fadjarudin suarasurabaya.net

Hasto Kristiyanto Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) menegaskan, bahwa peristiwa 27 Juli 1996 (Kudatuli) mengajarkan, jika tembok kekuasaan otoriter yang setebal atau sekuat apapun tidak akan bisa membungkam suara rakyat, suara arus bawah.

Hal itu disampaikan Hasto dalam pidatonya di acara peringatan 28 tahun peristiwa serangan kantor DPP Partai pada 27 Juli 1996 dengan penampilan teatrikal ‘Kudatuli 27 Juli, Kami Tidak Lupa’, di Halaman Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro 58, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/7/2024).

Hasto mengajak seluruh pihak untuk tetap menggelorakan semangat menjaga demokrasi dan kebebasan berpendapat lewat peringatan 28 tahun Kudatuli.

“Percayalah bahwa kekuasaan setebal apapun tembok kekuasaan itu dibangun, Kudatuli mengajarkan kekuatan arus bawah tidak bisa dibungkam saudara-saudara sekalian,” kata Hasto.

Menurutnya, kekuatan arus bawah mampu melawan berbagai tembok-tembok kekuasaan yang lupa diri. Kudatuli mengajarkan bahwa makna sejati kekuasaan adalah untuk rakyat, untuk kepemimpinan Indonesia bagi dunia.

“Karena itulah koreografi kebudayaan tadi sengaja ditampilkan karena bagi kita adalah bangsa yang berkebudayaan tinggi,” ungkapnya.

Politisi asal Yogyakarta ini kemudian menyampaikan rasa terimakasihnya terhadap para figur yang membantu suksesnya peringatan 28 tahun Kudatuli. Salah satunya penampilan luar biasa Amien Kamil Sastrawan dalam membacakan puisi.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada Bung Amien Kamil kita berikan tepuk tangan yang meriah, Mbak Ning tadi sampai berteriak puisinya betul-betul menggetarkan jiwa raga kita, betul-betul mendorong geraham kita untuk gemeretak ketika kekuasaan itu mencoba dibangun kembali dengan cara-cara yang otoriter populis, betul?,” kata Hasto dijawab kompak ‘betul’ oleh massa yang hadir.

Kemudian ia mengapresiasi juga penampilan putra Widji Tukul yakni Fajar Merah yang membawakan lagu perjuangan.

“Kepada Bung Fajar Merah, Bung Fajar Merah ini lahir 3 tahun sebelum Kudatuli. ini juga menunjukkan visi dari Bung Widji Thukul sebelum menerima perlakuan yang begitu kejam dari kekuasaan, Widji Thukul telah punya visi bahwa Fajar Merah dan terbukti merah semakin membara merah berada di hatinya rakyat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Hasto mengatakan, jika peringatan 28 tahun Kudatuli juga membakar semangat PDIP dalam menghadapi Pilkada 2024 yang akan datang.

“Bapak Ibu dan saudara-saudara sekalian peristiwa Kudatuli ini justru menggelorakan semangat kita di dalam menghadapi agenda partai yang akan datang untuk melaksanakan Pilkada serentak,” pungkasnya.(faz)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs