Sabtu, 23 November 2024

BKSAP Ingatkan Konsekuensi AS Memveto Draf Resolusi Palestina sebagai Anggota Penuh PBB

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Fadli Zon Ketua BKSAP DPR RI. Foto: BKSAP DPR RI

Amerika Serikat (AS) kembali memveto draf resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait usulan Palestina menjadi anggota penuh PBB, Kamis (18/4/2024) sore waktu New York.

Draf yang diajukan Aljazair tersebut didukung 12 dari total 15 negara anggota DK PBB. Sementara dua anggota DK PBB yaitu Inggris dan Swiss memilih abstain, lalu Amerika Serikat menolak dengan veto.

Menyikapi sikap AS, Fadli Zon Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI mengecam.

“Sangat disayangkan veto AS atas draf resolusi tersebut. Veto itu menunjukkan sikap standar ganda dan anti perdamaian. Semakin penting adanya reformasi institusi tatanan dunia. Jadi, pasti ada konsekuensi dari tindakan AS itu,” ujarnya lewat keterangan tertulis Sabtu (20/4/2024).  

Konsekuensi pertama, kata Fadli, terkait tuntutan lebih keras urgensi dan kedaruratan melakukan reformasi DK PBB supaya lebih demokratis, adil, representatif, dan efektif dalam menunaikan fungsinya menjaga keamanan dan kedamaian internasional seperti tertuang di dalam Piagam PBB Pasal 24. 

“Mekanisme veto terbukti sering menghambat penegakan keamanan dan perdamaian internasional di berbagai konflik di dunia, terutama ketika konflik tersebut beririsan langsung dengan kepentingan negara-negara pemegang hak veto. Mekanisme veto secara faktual benar-benar menyandera penegakkan keamanan dan perdamaian dunia. Bukti paling sahih atas fakta tersebut adalah berlarut-larutnya konflik Palestina-Israel yang sudah hampir 80 tahun berjalan sejak 1947, termasuk kegagalan menghentikan genosida Israel yang menewaskan lebih dari 34 ribu rakyat Palestina di Jalur Gaza dengan lebih 70 persen adalah anak-anak dan perempuan,” paparnya.

Konsekuensi lain, lanjut Fadli, veto kian menegaskan dukungan keras AS kepada Israel termasuk saat Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.

“Sekadar contoh, sebuah data intelijen yang diberikan kepada Kongres AS menyebutkan Israel telah menjatuhkan lebih dari 22.000 bom yang dipasok AS di Gaza dalam satu setengah bulan pertama perang sejak 7 Oktober 2023,” ungkapnya. 

Politikus Partai Gerindra tersebut mengakui keberpihakan AS kepada Israel sudah menjadi rahasia sangat umum lantaran lobi Zionis Yahudi yang sangat kental terhadap politik dalam negeri AS. 

“AS tidak layak menjadi penengah dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel karena bagaimana pun AS akan selalu memihak Israel. Namun, saya mengingatkan keberpihakan mutlak AS kepada Israel dalam jangka panjang akan sangat merugikan Rakyat AS secara keseluruhan. AS akan semakin terisolasi dan AS akan dinilai sebagai negara pendukung kejahatan perang dan pelanggar HAM. Selain itu, sikap AS tersebut akan semakin memperuncing konflik geopolitik yang melibatkan Rusia dan China,” tuturnya. 

Terkait sikap berat sebelah AS itu, Anggota Komisi I DPR itu menyerukan masyarakat global termasuk Indonesia terus menekan AS supaya bersikap netral dan lebih objektif dalam menyikapi masalah konflik Palestina-Israel.

Di sisi lain, Wakil Presiden the League of Parliamentarians for Al Quds, organisasi global pro Palestina yang berbasis di Istanbul itu mengingatkan veto AS akan semakin menyulut berbagai tindakan unilateral terutama yang dilakukan pihak pejuang-pejuang perlawanan Palestina. 

“Kita tidak bisa mengabaikan aksi Hamas pada 7 Oktober lalu antara lain dipicu karena tidak hadirnya keadilan global dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Alih-alih membawa keamanan dan perdamaian global, mekanisme veto justru memicu kekacauan dan peperangan atau aksi kekerasan lebih mendalam,” lanjutnya.  

Hal lainnya lagi, veto AS terakhir membuktikan mayoritas masyarakat global menghendaki pengakuan Palestina sebagai negara yang utuh dan diakui secara penuh oleh PBB. 

“Pengakuan eksistensi Palestina sebagai sebuah negara hampir menjadi konsensus dunia. Bahkan beberapa negara Anggota Tetap DK PBB yang seringkali memihak Israel seperti Inggris dan Perancis sudah mulai melunak dan menyadari pentingnya pengakuan negara Palestina,” pungkasnya.(rid)

Berita Terkait

TERKINI POPULER TERPILIH
Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs