Rabu, 20 November 2024

Atasi Kemacetan di Sidoarjo, Mas Iin Bahas Proyek Flyover Gedangan dan Solusi Jangka Panjang

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Achmad Amir Aslichin calon Bupati Sidoarjo nomor urut 2 ketika on air dalam program "Wawasan Series Rakyat Memilih" di Radio Suara Surabaya, Rabu(20/11/2024). Foto: Arvin Fayruz Mg suarasurabaya.net

Achmad Amir Aslichin calon bupati Sidoarjo nomor urut 2, menjabarkan strategi untuk menyelesaikan kemacetan di kota udang.

Mas Iin, begitu ia akrab disapa, menyinggung proyek flyover Gedangan hingga pengembangan transportasi umum.

Ketika mengudara dalam program Wawasan Series Rakyat Memilih di Radio Suara Surabaya pada Rabu (20/11/2024) pagi, Mas Iin mengungkapkan bahwa pembangunan flyover akan dilakukan di Gedangan.

Proyek jalan layang di Gedangan ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan yang ada di wilayah tersebut. Konon, proyek ini akan dimulai pada tahun depan.

“Untuk flyover Gedangan, penganggaran untuk pembebasan lahan berasal dari pemerintah kabupaten. Sedangkan anggaran untuk pembangunan fisik akan disediakan oleh pemerintah pusat,” terang Mas Iin.

Mas Iin menjelaskan, ketika pembebasan lahan sudah bisa dituntaskan pada tahun ini, maka pembangunan fisik dapat dimulai pada 2025.

Sedangkan untuk program jangka panjang, Mas Iin mengaku sudah berkoordinasi dengan Eri Cahyadi, calon tunggal Wali Kota Surabaya, terkait pengembangan transportasi umum.

“Sebab, penyelesaian kemacetan itu harus melalui transportasi umum, ini untuk jangka panjangnya,” terang Mas Iin.

Ia menjelaskan, di negara maju, ketika masuk ke pusat kota, desain jalan dan parkir sudah tidak lagi mengutamakan kenyamanan bagi pengemudi kendaraan pribadi. Hal ini mengakibatkan kemacetan dan kesulitan parkir yang menjadi masalah umum.

“Maka penyelesaiannya adalah dengan transportasi umum,” sebut Anggota DPRD Jawa Timur (Jatim) periode 2019–2024 itu.

Mas Iin juga menyinggung proyek Surabaya Regional Railway Line (SRRL). Proyek yang mendapat pendanaan dari investor asal Jerman, Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW), ini ditargetkan akan beroperasi pada 2029.

Selain itu, Sidoarjo dan Surabaya juga sudah terkoneksi dengan layanan komuter yang digagas oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI). Koneksi antar kedua kota ini juga semakin terhubung dengan berbagai angkutan feeder serta Trans Jatim milik Pemprov Jawa Timur (Jatim).

“Soalnya, yang dihitung adalah dari titik A sampai titik B, jika bisa lebih cepat dan lebih murah, itulah yang akan dipilih,” ujar Mas Iin.

Mas Iin juga membahas masalah pembangunan frontage di Sidoarjo yang disebutnya lebih menantang daripada di Surabaya.

Frontage Surabaya itu sekitar 4,6 kilometer, sedangkan di Sidoarjo 9,2 kilometer, atau dua kali lipatnya. Ini tantangan untuk Sidoarjo. Tantangannya lebih besar daripada Surabaya, termasuk juga biaya yang lebih tinggi,” terang Mas Iin.

Ia menegaskan bahwa Sidoarjo masih memungkinkan untuk memiliki frontage seperti di Surabaya. Tinggal nanti proyek mana yang diprioritaskan untuk mengurai kemacetan.

“Yang jelas, pembangunan frontage di sisi timur itu dulu yang harus diselesaikan. Sementara untuk sisi barat, bisa dimulai dari perempatan Gedangan hingga Waru. Itu bisa diprioritaskan,” terangnya. (saf/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Rabu, 20 November 2024
34o
Kurs