Yanuar Nugroho Dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta menyatakan, keberadaan oposisi dalam sebuah negara demokrasi berfungsi sebagai penyeimbang dan pengontrol kekuasaan.
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa oposisi tidak bisa dipandang sebagai sebuah lawan politik dari petahana.
“Oposisi itu memperbaiki. Kalau melihat oposisi sebagai lawan, karena IQ 78, otak sekecil itu, tidak punya imajinasi bahwa oposisi itu bisa memperbaiki,” katanya kepada suarasurabaya.net.
Hal itu disampaikannya seusai Simposium “The Internationalization of Democracy” yang diadakan oleh Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) di Widya Mandala Hall Pakuwon City, Surabaya, Jumat (10/5/202) malam.
Ketika pemerintahan berjalan tanpa adanya oposisi, kata dia, maka kualitasnya akan buruk, karena tidak ada kontrol dari luar, serta check and ballance.
“Jadi, ketika pemerintah membuat kebijakan, mesti ada yang mengkritik,” ucapnya.
Yanuar mencontohkan dengan salah satu negara, yakni Inggris. Ia menyebut, di Inggris itu ada partai berkuasa dan partai yang tidak berkuasa. Serta ada kabinet yang berkuasa, dan shadow cabinet atau kabinet bayangan yang fungsinya untuk mengkritik pemerintah.
“Setiap ada kebijakan di penguasa, itu dikritik oleh oposisi. Sehingga apa yang terjadi? Kebijakannya semakin bagus,” tuturnya.
Tetapi, lanjut dia, budaya partai di Indonesia saat ini cenderung lebih mementingkan kepentingannya saja, sehingga ketika yang diusung kalah dan tidak mendapat apa-apa, maka langsung berupaya mendekati yang menang untuk bergabung dengan kekuasaan.
“Yang menang juga ingin merangkul semuanya biar tidak diganggu di parlemen. Mudah kan? Orang Jawa bilang, tumbu ketemu tutup, plek (cocok banget –red),” ucapnya.
Langkah tersebut menurutnya jelek untuk perkembangan demokrasi di Indonesia. Oleh karena itu ia berharap, agar tetap ada pengontrol dari luar pemerintahan untuk memastikan ada balancing dalam sebuah kekuasaan.
“Mesti ada yang memilih posisi menjadi opisisi, karena itu diperlukan,” pungkasnya.(ris/azw/ipg)