Berdasarkan hasil survei, Pusat Studi Anti Korupsi dan Demokrasi (PUSAD) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menyebut 33 persen pemilih pemula atau pemilih usia muda menolak dinasti politik.
Radius Setiyawan peneliti utama PUSAD UM menjelaskan ada tujuh alasan yang membuat anak muda Jatim menolak politik dinasti. Pertama 30,60 persen masyarakat tidak percaya karena menghambat proses kaderisasi kepemimpinan.
Kedua, 28 persen masyarakat tidak percaya karena kinerja calon pemimpin sebelumnya yang buruk dan tidak ada dampak terhadap pembangunan.
Lalu yang ketiga 27 persen masyarakat tidak percaya karena menghambat fungsi check and balance antara eksekutif dan legislative. Keempat, 25,10 persen masyarakat tidak percaya karena kecenderungan diskriminatif terhadap minoritas politik.
Kelima 24 persen masyarakat tidak percaya karena kinerja pemimpin sebelumnya yang memiliki kedekatan dengan calon cenderung menyalahgunakan wewenang.
Keenam 23,10 persen masyarakat tidak percaya karena kecenderungan mengarah pada otoritarianisme. Terakhir 20,50 persen masyarakat tidak percaya karena cenderung melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
“Perdebatan soal politik dinasti menurut saya menarik dan bagus bagi tumbuh kembang demokrasi. Karena perdebatan tersebut membuat orang mulai melihat secara serius. Tidak serta merta menolak tetapi tidak serta merta menerima,” kata Radius Setiyawan, Jumat (28/10/2023).
Menurut Radius Setiyawan, hasil survei yang dirilis PUSAD UM Surabaya menunjukkan pemahaman generasi Z dan millenial dalam menyoroti isu politik dinasti menjelang Pemilu 2024.
Sebagai informasi, total Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Jawa Timur mencapai 31.402.838 orang. Dari angkat tersebut 51 persennya merupakan pemilih produktif dengan rentang usia 17-40 tahun yang mencapai 16.001.790 orang.
“Mau dari mana asalnya dan silsilah keluarganya (isu politik dinasti), nilai-nilai meritokrasi harus tetap menjadi pegangan,”pungkas Radius.
Sementara itu rincian survei PUSAD UM Surabaya tentang poltik dinasti adalah
26 persen percaya, 33 persen tidak percaya dan 41 persen tidak peduli. Survei ini dilakukan 14-22 Oktober terhadap 1075 responden yang tersebar secara proporsional di 38 kabupaten atau kota di Jatim.(wld/ris/iss)