Jumat, 22 November 2024

Merasa Dipaksa Menerima Duet Anies-Cak Imin untuk Pilpres 2024, Demokrat Gelar Rapat Tentukan Sikap

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Teuku Riefky Harsya Sekjen DPP Partai Demokrat memberikan keterangan terkait isu rencana pengambilalihan kepemimpinan partai, Sabtu (6/2/2021), melalui rekaman video. Foto: Istimewa

Teuku Riefky Harsya Sekretaris Jenderal Partai Demokrat mengaku terkejut atas dinamika politik dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang berencana mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden pada Pemilu 2024.

Lewat pesan tertulis yang disampaikan malam hari ini, Kamis (31/8/2023), Riefky menyampaikan pihaknya kemarin, Rabu (30/8/2023) mendapatkan informasi dari Sudirman Said Anggota Tim 8 kalau Partai NasDem sepakat menjalin kerja sama dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Lalu, Surya Paloh Ketua Umum Partai NasDem berinisiatif menyandingkan Anies sebagai bakal capres dan Muhaimin Iskandar Ketua Umum PKB sebagai bakal calon wakil presiden.

Mendengar kabar tersebut, Partai Demokrat mengkonfirmasi langsung ke Anies, dan mantan Gubernur DKI Jakarta itu membenarkan.

Merespons itu, Demokrat, kata Riefky, merasa dipaksa menerima keputusan sepihak tanpa persetujuan Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai mitra koalisi.

Padahal, sebelumnya Anies menyatakan akan menggandeng Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Ketua Umum Partai Demokrat sebagai cawapres.

“Anies mengkonfirmasi bahwa berita tersebut adalah benar. Demokrat dipaksa menerima keputusan itu (fait accompli),” ujarnya.

Sekarang, Majelis Tinggi Partai Demokrat menggelar rapat dadakan untuk mengambil keputusan tetap bersama Anies atau menarik dukungan politik.

Seperti diketahui, Partai Demokrat bersama NasDem dan PKS sepakat membetuk Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

Ketiga parpol itu berencana mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden periode 2024-2029. Tapi, koalisi itu masih belum bersepakat mengenai nama bakal cawapres.

Sementara, PKB bersama Partai Gerindra membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya untuk memenangkan Prabowo Subianto sebagai presiden.

Setahun berjalan, Prabowo belum juga menentukan pendampingnya. Padahal, Cak Imin sudah berulang kali memberikan sinyal untuk segera memutuskan nama bakal calon wakil presiden.

Belakangan, Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) bergabung dalam barisan pendukung Prabowo. Kehadiran Golkar dan PAN membuat koalisi berubah nama menjadi Koalisi Indonesia Maju. (rid/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs