Mahfud MD calon wakil presiden nomor urut 3 kembali menyampaikan orasi ilmiah. Kali ini, Menko Polhukam ini memilih Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat. Ada tiga pesan yang disampaikan dalam orasi ilmiahnya itu.
“Pertama, setelah wisuda, Anda akan masuk ke laboratorium yang sesungguhnya yaitu kehidupan masyarakat itu sendiri,” kata Mahfud MD saat menyampaikan orasi ilmiah di Padang, Minggu (17/12/2023).
Karenanya, ketika sudah menyandang gelar sarjana, ia mewanti-wanti agar setiap lulusan berhati-hati. Sebab, jika gagal, akan berpengaruh pada jenjang kehidupan jangka panjang.
Di perguruan tinggi, kata Mahfud, mahasiswa yang gagal dalam satu mata kuliah masih bisa kembali mengulang pada semester berikutnya. Namun, ini tidak berlaku di masyarakat. Ketika Anda gagal atau salah di tengah-tengah masyarakat maka cukup sulit untuk memperbaikinya.
Pesan kedua, ijazah hanya sebagai bukti bahwa seseorang ahli dalam bidang tertentu. Namun, ijazah belum tentu menandakan seseorang adalah barisan intelektual.
Mahfud mengutip pernyataan Bung Hatta, wakil presiden ke-2 RI tentang tanggung jawab inteligensia. Kata Bung Hatta sarjana belum tentu intelek.
Alasannya, sarjana merupakan suatu keahlian informal sedangkan intelektualitas adalah kemuliaan moral. Oleh karena itu, setiap lulusan harus mampu menjadi seorang intelek bukan hanya sebatas sarjana.
“Kerap kali kesarjanaan itu bisa digunakan sebagai alat untuk menipu,” ujar alumni Universitas Gadjah Mada tersebut.
Ia mencontohkan seorang ahli hukum seperti pengacara, akademisi, hakim, jaksa dan sebagainya. Mereka sengaja menggunakan keahliannya untuk menipu orang. Dengan kata lain pasal-pasal hukum tersebut tidak dapat diperjualbelikan.
“Kalau intelektual, tumpuannya moral,” ujarnya.
Pesan ketiga, tentang logika. Mahfud mengingatkan agar semua pihak tidak sombong dalam menggunakan sebuah logika. Sebab, di atas logika masih ada lagi yang bisa menunjukkan kebenaran di samping kebenaran logis.
Kata Mahfud, pertemuan antara kebenaran logika dan kebenaran hati biasanya menjadi public common sense dan itulah yang menjadi kebenaran publik.
“Oleh karena itu, tidak boleh ada individu yang sombong dengan sebuah ilmu, namun juga harus mengutamakan perilaku mulia dan memihak kepentingan Masyarakat,” kata dia.
Ia kemudian mengutip surah Al Alaq yang pertama kali diturunkan berbunyi. Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu itu tentang seruan membaca.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang mengajar manusia dengan kalam”. Kalam sendiri memiliki makna logika dan metodologi.
Pada surat yang sama Allah SWT juga mengajarkan kepada manusia hal-hal yang tidak ada ilmunya tetapi ada di hati, dan dipercaya dengan iman.
Keimanan ini juga melandasi Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 khusus Pasal 31. Pasal ini menyebut, ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan berdasarkan iman, takwa, dan akhlak.
“Jadi, ilmu pengetahuan dasarnya iman, takwa dan akhlak,” ujarnya.
Sayangnya, saat ini banyak pihak mengutamakan ilmu pengetahuan dan teknologi saja namun mengabaikan aspek iman, takwa dan akhlak. Imbasnya, tujuan pendidikan memanusiakan manusia tidak tercapai.
Selain di Universitas Negeri Padang, Mahfud juga akan menghadiri halaqoh kebangsaan dan pelantikan majelis zikir Al Wasilah di Asrama Haji Padang. Selanjutnya ia juga dijadwalkan menghadiri pertemuan dan pelantikan TPC Ganjar-Mahfud Se-Sumatera Barat di Hotel Truntum Padang dilanjutkan pertemuan internal. (faz/ham)