Riyad al-Maliki Menteri Luar Negeri Palestina, pada Kamis (4/8/2023), mengatakan, keinginan negaranya berbelok ke China karena kecewa dengan pemerintahan Joe Biden Presiden AS yang tidak kunjung menepati janjinya.
“Tiga tahun telah berlalu sejak janji Presiden Biden, tetapi kami tidak melihat (hasil) apa pun selain dukungan keuangan untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dan rumah sakit di Yerusalem Timur,” ujar Maliki
Melansir Antara, Maliki juga mengekspresikan rasa kecewa Palestina atas respons AS terhadap pelanggaran yang dilakukan Israel, termasuk serangan terbaru di kota Jenin. “Pemerintahan Biden mengecewakan”, katanya.
Sebagai akibatnya, Maliki menyatakan Palestina sekarang lebih berharap pada China untuk mendukung keanggotaan penuh Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“China tidak hanya berupaya meningkatkan kehadiran ekonominya, tetapi juga kehadiran politiknya di Timur Tengah. Banyak negara di dunia menginginkan dukungan China karena telah menjadi pemain global yang penting,” ucapnya.
“Tidak ada proses perdamaian di Timur Tengah. Jika itu terjadi di masa depan, kenapa China tidak dilibatkan bersama negara-negara lain?” tambahnya.
Mengenai klaim baru-baru ini tentang upaya normalisasi antara Israel dan Arab Saudi, Maliki menekankan Arab Saudi menganut solusi dua negara sebagai syarat untuk normalisasi hubungan dengan Israel.
Termasuk, mendukung pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
“Kami berharap Arab Saudi akan mempertahankan pendiriannya dan tidak menyerah pada tekanan apa pun. Kami ingin Arab Saudi mendengarkan kami, pemilik yang sah, dan berunding dengan kami tentang masalah ini,” kata dia.
Negosiasi perdamaian antara Palestina dan Israel terhenti pada April 2014 karena berbagai faktor, termasuk langkah Israel untuk melanjutkan pembangunan permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat yang diduduki dan menolak solusi dua negara dengan Palestina.
Palestina menuding AS berpihak pada Israel dan bersikap bias dalam kelanjutan proses perdamaian yang macet antara kedua negara. (ant/dvn/bil/rid)