Jumat, 22 November 2024

Cegah Polarisasi, Airlangga Hartarto Mengusung Politik Santun dan Damai

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan

Airlangga Hartarto Ketua Umum Partai Golkar menegaskan partainya mengedepankan politik yang santun dan damai menjelang Pemilu 2024, untuk menjaga stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Golkar berupaya mengimplementasikan politik yang santun, damai, politik yang di tengah. Tidak di kiri, tidak di kanan. Kami perjuangkan NKRI serta perjuangkan kesejahteraan rakyat,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (18/2/2023).

Menanggapi hal itu, Surokim Abdussalam Pengamat Politik dari Universitas Trunojoyo bilang memang sudah semestinya seluruh elemen memiliki semangat menjaga stabilitas bernegara jelang tahun politik.

“Di atas kepentingan kontestasi politik, menjaga stabilitas dan kondusivitas harus menjadi roh dan semangat utama kegiatan para politikus,” katanya kepada wartawan, Senin (20/2/2023).

Beberapa pekan belakangan, sejumlah partai saling berkunjung dalam rangka silaturahmi, seperti Partai NasDem, PKB yang bertandang ke Golkar.

Usai bertemu, para ketua umum parpol tersebut mengungkapkan harapannya untuk menjaga situasi politik tetap terkendali menjelang tahun politik.

“Politik kebangsaan harus menjadi penyemangat. Sehingga, silaturahim politik harus terus digalakkan demi memperkuat semangat kebersamaan,” imbuhnya.

Dia melanjutkan, polarisasi masyarakat masih menjadi ancaman, di zaman ‘demokrasi digital’.

“Perkembangan demokrasi digital dan kekuatan netizen membuat politik bisa menjadi begitu bebas, liar, tidak terkendali. Kalau dihubungkan dengan tantangan ke depan, maka diperlukan politik jalan tengah yang bisa memperkuat semangat kebangsaan dan semangat persatuan,” sebutnya.

Lebih lanjut Surokim mengatakan tahun politik kali ini lebih menantang karena ada potensi resesi ekonomi negara-negara besar dunia, yang mungkin berimbas ke Indonesia.

“Sejauh ini potensi untuk politik sekadar berbeda selalu lebih maju. Sementara, tantangan ke depan terkait potensi resesi ekonomi dunia cukup mengkhawatirkan,” tegasnya.

Sementara itu, Firman Manan Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran menilai pesan politik beretika yang disampaikan Airlangga Hartarto bisa dimaknai secara eksternal dan internal.

Secara eksternal, pesan itu bisa diartikan ditujukan untuk seluruh warga bangsa, dari para pemilih hingga para elite politik.

“Karena ini tahun politik, maka konteksnya memang terkait dengan persiapan menjelang Pemilu 2024, terutama Pilpres 2024,” terang Firman.

Hal itu, kata Firman, berkaitan dengan pengalaman di dua pemilu sebelumnya (2014 dan 2019) yang sarat isu politik identitas, SARA, dan sampai terjadi pembelahan ekstrem di tingkat akar rumput.

“Jadi saya pikir membaca konteksnya Pak Airlangga ya tentu bicara etika politik dalam kontestasi menjelang Pemilu 2024,” tambahnya.

Firman melanjutkan, pesan itu juga bisa dibaca sebagai pengingat untuk kader internal Golkar. Untuk berpolitik dengan cara-cara yang baik, santun, dan mengedepankan nilai demokrasi, dan itu tidak hanya berlaku untuk eksternal Partai Golkar.

Pesan itu bisa jadi dialamatkan untuk internal Golkar dalam menjalankan roda organisasi.

“Saya pikir pesan itu juga ke internal Golkar. Bahwa secara internal, dalam berpartai itu harus menggunakan politik yang beretika,” pungkasnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs