Vladimir Putin Presiden Rusia turut menyuarakan keprihatinannya soal banyaknya korban jiwa dari kalangan sipil, imbas konflik Hamas Palestina dengan Militer Israel dalam beberapa hari, di Israel dan Jalur Gaza.
Melansir Al Jazeera, Rabu (11/10/2023), Putin menyebut konflik itu imbas dari kegagalan Amerika Serikat (AS) atas kebijakannya di Timur tengah yang tidak mempertimbangkan kebutuhan warga Palestina.
Keprihatinan Putin yang militernya dituduh telah membunuh ribuan warga sipil sejak invasi skala penuh Ukraina tahun lalu itu, diutarakannya dalam sebuah percakapan telepon dengan Recep Tayyip Erdogan Presiden Turki, Selasa (10/10/2023) kemarin, menurut pernyataan Kremlin.
“Keprihatinan mendalam telah diungkapkan tentang terus meningkatnya eskalasi kekerasan dan peningkatan yang sangat besar dalam jumlah korban warga sipil,” demikian pernyataan Kremlin berdasarkan pembicaraan kedua pemimpin tersebut..
Kremlin menyebut, baik Putin maupun Erdogan menekankan perlunya “gencatan senjata segera” dan “pemulihan proses perundingan. Erdogan disebut sangat menyayangkan penargetan instalasi sipil dalam konflik, dan menyatakan bahwa Turki sangat mengecam tindakan tersebut.
Putin juga telah menyatakan perlunya pembentukan negara Palestina, serta menyalahkan meledaknya konflik atas kebijakan AS di wilayah tersebut.
“Saya pikir banyak orang akan setuju dengan saya bahwa ini adalah contoh yang sangat baik dari kegagalan kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah,” ujar Putin pada awal pertemuan dengan Mohammed al-Sudani Perdana Menteri Irak, Selasa (10/10/2023).
Putin mengatakan bahwa Washington telah berusaha “memonopoli” upaya-upaya perdamaian antara Israel dan Palestina.
Dia menuduh AS tidak lagi mencari kompromi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, melainkan mendorong gagasan-gagasan sendiri untuk menyelesaikan konflik tersebut.
AS telah mengabaikan kepentingan Palestina, termasuk kebutuhan akan negara independen mereka sendiri.
Putin tidak menyebut ada peran Rusia dalam proses perdamaian Timur Tengah. Tapi bersama dengan AS, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Uni Eropa, sejak tahun 2002 Moskow membentuk bagian dari kelompok kekuatan “Kuartet” yang bertugas membantu mediasi perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina.
Dmitry Peskov, juru bicara Putin mengatakan bahwa Kremlin telah berhubungan dengan kedua belah pihak yang berperang di Israel dan Gaza, serta akan berperan dalam menyelesaikan konflik tersebut.
Tapi Peskov tidak menjelaskan bagaimana hal tersebut akan dicapai. “Kami bermaksud terus berupaya dan berperan dalam hal memberikan bantuan untuk mencari cara penyelesaian,” ujarnya.
Sejak krisis terbaru meletus, Kremlin telah mencoba untuk tampil netral, menekankan hubungannya dengan Israel dan Palestina.
Moskow telah memiliki hubungan jangka panjang dengan Palestina, termasuk Hamas yang mengirimkan delegasinya ke Moskow pada Maret 2023 lalu.
“Tetapi Rusia juga memiliki ‘banyak kesamaan’ dengan Israel, termasuk kenyataan bahwa banyak warga Israel adalah mantan warga negara Rusia,” kata Peskov.
Peskov juga memperingatkan bahwa kekerasan yang ada saat ini “lebih dari sekadar memprihatinkan”. “Hal ini berpotensi berbahaya dengan pertumbuhan dan kemungkinan melebar dari zona konflik Arab-Israel saat ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari Selasa mengatakan, bahwa mereka siap membantu mencapai penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina.
“Kami dalam kontak erat dengan para pemain regional terkemuka, yang peran mereka dalam menstabilkan situasi dan menciptakan kondisi bagi berlangsungnya dialog langsung antara Palestina dan Israel sangat diperlukan,” kata Maria Zakharova juru bicara kementerian tersebut.(bil/ipg)